MUHAMMADIYAH.OR.ID, PALEMBANG— Dunia semakin sempit, batas teritorial suatu Negara-bangsa sudah tidak terlihat lagi, maka kiprah Muhammadiyah khususnya dalam menata kesehatan secara global adalah sebuah keniscayaan dan harus diperhatikan dengan serius.
Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Kesehatan, dr. Agus Taufiqurrahman dalam Pembukaan Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 pada, Kamis (24/3) yang diselenggarakan secara blended di Universitas Muhammadiyah Palembang.
Dokter agus menceritakan, Muhammadiyah mendapat permintaan dari salah satu Negara di Eropa yang membutuhkan banyak tenaga kesehatan. Maka Muhammadiyah sekarang tidak boleh merasa cukup belajar dari Negara-negara Barat, namun juga harus mempersiapkan tenaga kesehatan yang bisa mengisis kekosongan tenaga kesehatan di luar negeri.
Melihat realitas global yang sedemikian ‘sempit’, dr Agus menyebut, tidak cukup bagi Muhammadiyah hanya menyediakan tenaga kesehatan bagi internal persyarikatan maupun lokal Indonesia. Tapi sudah saatnya Muhammadiyah ikut berkiprah menata kesehatan secara global.
Dari seminar ini yang mengusung tema “Transformasi Pembangunan Kesehatan Semesta: Tantangan Bagi Muhammadiyah,” diharapkan pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah – ‘Aisyiyah bisa merumuskan program bidang pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan menata pelayanan bersama masyarakat.
“Kita berharap seminar ini akan menjadi masukan yang terbaik bagi panitia muktamar, SC, OC yang menyiapkan agar nanti seluruh dokumen yang akan kita bicarakan di muktamar siap. Dan bisa menjawab tantangan dan kebutuhan yang harus kita siapkan,” harap dr. Agus.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang, Abid Jazuli menyampaikan terimakasih karena telah dipercaya sebagai tuan rumah seminar ini. Ia menyampaikan, UM Palembang memiliki fakultas kedokteran, dan baru saja meresmikan Laboratorium Ibnu Sina Fakultas Kedokteran UM Palembang.
Menurutnya, kemajuan teknologi terlebih dalam bidang kesehatan harus direspon dengan bijak oleh Muhammadiyah. Perkembangan teknologi digital juga turut mendisrupsi pelayanan kesehatan. Maka UM Palembang berkomitmen menjadi Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA) untuk mengupgrade kemampuan dan melahirkan lulusan yang adaptif.
“Muhammadiyah juga harus mampu memberikan pelayanan kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan yang banyak mengalami perubahan disrupsi – transformasi di bidang pelayanan kesehatan. Muhammadiyah bisa memerankan diri tidak hanya merespon secara reaktif, namun perlu melakukan upaya-upaya supaya menjadi pelaku utama agar dakwah Muhammadiyah menjadi lebih efektif,” ungkapnya.