MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Agung Danarto membuka Seminar pra Muktamar bertemakan “Media Masyarakat Digital dan Dakwah Muhammadiyah” bertempat di Universitas Ahmad Dahlan, Kamis (10/2).
“Seminar pra Muktamar ini merupakan seminar ke-16 yang disiapkan oleh SC (Steering committee) Muktamar dalam rangka menjaring berbagai masukan untuk menyelenggarakan Muktamar. Jadi, yang 14 kali itu diselenggarakan dulu sebelum pandemi covid setelah pandemi covid ini yang kedua. InsyaAllah masih akan ada sekitar 10 lagi karena dulu PP menyiapkan ada 26 rangkaian seminar pra muktamar,” tutur Agung dalam sambutannya.
“Memang sengaja SC Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah itu menyiapkan berbagai macam seminar dengan tema yang berbeda dan mengundang pakar ahli yang paling baik di negeri kita untuk bisa sharing dengan Muhammadiyah untuk bisa berbagi ilmu dan berbagai hal untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia ini terutama juga di Indonesia untuk mengetahui keadaan kita seperti apa serta kita juga meminta saran kira-kira kiprah yang dilakukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah ke depan itu seperti apa,” jelas Agung.
Menurut Agung, perhelatan Muktamar terselenggara bukan semata-mata untuk pergantian pimpinan saja tetapi yang lebih penting adalah untuk menetapkan program-program juga kebijakan yang memberi dampak kemaslahatan bagi umat dan bangsa. “Sehingga harus dikerjakan serius dan sebanyak mungkin para ahli dan pakar untuk mendiskusikan sebaik-baiknya sehingga program yang diputuskan untuk muktamar dan dilaksanakan adalah program untuk masyarakat dalam rangka akselerasi indonesia berkemajuan, islam berkemajuan, dan dunia berkemajuan,” tegasnya.
Menyambung pada Seminar hari ini, Agung mengatakan bahwa saat ini Indonesia berada di era disrupsi informasi dan teknologi digital yang semakin nampak kuasanya masuk dalam kehidupan. Mengutip data reporta tahun 2022, pengguna internet sudah lebih dari ⅔ masyarakat indonesia yakni sebanyak 73% masyarakat Indonesia. Dari data tersebut pengguna media sosial ini jumlahnya sudah ada 191,4 juta 68% dari seluruh populasi Indonesia.
“Alhamdulillah kita bersyukur Muhammadiyah dengan Amal usahanya bisa mewarnai dengan hadirnya kehidupan modern. Tetapi ini juga sekaligus menjadi peringatan bagi Muhammadiyah ketika revolusi teknologi digital Muhammadiyah tidak menyesuaikan diri dan ambil peran dalam disrupsi teknologi digital ini Muhammadiyah tidak hanya akan ketinggalan, Muhammadiyah akan terlindas dengan revolusi itu sendiri.,” kata Agung.
Sejak dulu, lanjut Agung, revolusi ini akan meninggalkan mereka-mereka yang tidak mendukung revolusi. “Saat ini bagi Muhammadiyah tentu menjadi tantangan ketika di era modern Muhammadiyah bisa berkembang dengan baik maka di era revolusi teknologi digital ini Muhammadiyah tidak berkembang bahkan tidak leading dalam aspek ini maka kita akan tertindas,” lanjutnya.
Adanya forum hari ini menurut Agung sekaligus menyadarkan seluruh elemen Muhammadiyah akan pentingnya revolusi teknologi digital dan sebagai edukasi bagi warga Muhammadiyah agar bisa menganggap revolusi teknologi digital adalah hal yang serius dan penting. Bila persyarikatan telah menganggap ini hal yang penting maka akan lebih mudah ke depan untuk mengikuti dan menggapai revolusi tersebut.