MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) merupakan lembaga pendidikan kaderisasi ulama Muhammadiyah yang langsung berada di bawah arahan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga pendidikan ini menekankan aspek pembinaan ruhiyah, dakwah, dan ilmiyah serta pengabdian pasca pendidikan.
Berdiri tahun 1968 dengan latar belakang langkanya ulama pada saat itu. Untuk menjawab tantangan tersebut, PUTM didirikan sekaligus diharapkan sebagai estafeta keberadaan ulama Muhammadiyah ke depannya. Lebih-lebih ulama yang paham dan mampu mengaplikasikan Manhaj Tarjih Muhammadiyah.
“Para ulama pada waktu itu sudah semakin langkanya di kalangan Muhammadiyah. Sementara generasi muda di Muhammadiyah dirasakan kurang yang meminati untuk bidang studi keagamaan. Karena itu, kalau ini berlangsung terus menerus, tidak menutup kemungkinan akan terjadi krisis ulama di kalangan Muhammadiyah,” ujar Dahwan Mukhrodji dalam acara Covid Talk pada Selasa (16/02).
Dalam situasi normal, para mahasiswa dalam sehari penuh diajari berbagai studi Islam dari fikih, hadis, tafsir, dan akidah. Selain ilmu keagamaan, mereka juga diajarkan pengetahuan yang menunjang pemikiran kritis seperti filsafat, hukum pidana, psikologi, dan lain sebagainya. Selama pendidikan berlangsung, para mahasiswa ini diwajibkan tinggal di asrama dan melaksanakan berbagai aktivitas kepesantrenan.
Akan tetapi dalam kondisi darurat pandemi Covid-19, Dahwan menegaskan semua kegiatan pembelajaran PUTM dilakukan secara daring melalui kanal zoom meeting. Semua itu dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus sekaligus menaati instruksi persyarikatan Muhammadiyah.
“Mulai tanggal 23 Maret semua thalabah belajar di rumah masing-masing. Kemudian perjalanan perkuliahan, ujian, munaqasah (ujian tugas akhir), itu kita lakukan dengan daring. Demikian juga penerimaan thalabah dan thalibat baru dengan daring. Pelepasan thalabah yang akan mengabdi di berbagai Amal Usaha Muhammadiyah pun dilakukan dengan daring,” tutur Mudir PUTM ini.
Lantaran daring menjadi budaya baru di PUTM, di berbagai daerah tempat tinggal thalabah terkendala teknis pembelajaran seperti kurangnya koneksi internet. Dalam mengatasi kendala ini, Dahwan menuturkan PUTM bekerjasama dengan MCCC kemudian menyarankan membentuk Satgas Covid-19 “cabang” PUTM.
“Dengan berkoordinasi dengan MCCC, sebagian thalabah yang kesulitan mendapat sinyal akhirnya dipulangkan ke Jogja, dan mereka tetap mendapat pengawasan dari MCCC sehingga kemungkinan tertularnya akan diminimalisir bahkan semoga tak ada yang terkena covid-19,” jelas Dahwan.
Ketua Satgas Covid-19 PUTM Endi Prasetyo menuturkan bahwa nantinya akan ada beberapa mahasiswa yang dipulangkan kembali ke Jogja. Mereka adalah mahasiswa yang tinggal di daerah sehingga kadang terkendala akan sinyal internet selama aktivitas belajar. Para mahasiswa ini nantinya akan menjalani perkuliahan di asrama PUTM namun tetap dalam pengawasan MCCC.
“Ada satu dua orang thalabah ketika perkuliahan online, dia tidak hadir. Ketika ditanya alasannya koneksi buruk. Dengan kondisi ini kita memilah-milah siapa-siapa yang kesulitan mendapatkan jaringan baru kemudian kita koordinakan dengan MCCC. Ada beberapa nama thalabah yang sudah didata dan itu diizinkan untuk didatangkan (ke asrama PUTM),” ujar Endi.
Selain itu, aktivitas peribadahan tetap diperhatikan selama pembelajaran daring ini. sehingga mahasiswa yang berada di rumah tetap harus menjalankan peribadatan seperti salat tahajud, puasa sunah senin-kami, dan lain sebagainya. Aktivitas ini secara intensif diawasi setiap musyrif (pembimbing).