MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR– Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir berpesan kepada kader-kader Muhammadiyah supaya berdiaspora, masuk ke dalam sistem yang ada di pemerintahan. Ia juga menegaskan bahwa, kader Muhammadiyah jangan anti sistem.
Masuk di usia abad keduanya, kader Muhammadiyah perlu berdiaspora untuk ber fastabikul khairat dengan pihak-pihak luar Muhammadiyah. Dahulu, kata Hedar, kader Muhammadiyah dengan kompetensi dan profesionalitasnya banyak mengisi jabatan-jabatan strategis di luar sistem Muhammadiyah.
“Sekarang kader-kader kita juga harus berdiaspora ke situ, harus ada yang di eksekutif, legistlatif, kemudian juga di yudikatif, lembaga-lembaga lain. Dan jangan anti sistem,” ucap Haedar pada (4/3)
Haedar menekankan, bahwa kader Muhammadiyah jangan takut untuk memeperbaharui dari dalam pemerintahan. Menurutnya, Indonesia juga milik semua, termasuk milik para kader Muhammadiyah. Sehingga harus merasa memiliki dan ikut memperbaiki Indonesia.
Melihat kerusakan pada sebuah sistem, kata Haedar, memang langkah yang paling mudah adalah dengan berteriak dari luar, akan tetapi memperbaiki itu tidak mudah. Hal ini persis sama jika diletakkan dalam konteks Muhammadiyah, misalnya banyak orang luar yang menganggap mengurusi Amal Usaha itu mudah, tapi ketika diamanahi kepemimpinan mereka kewalahan.
“Kalau pengamat itu kan kaya penonton bola, kalau kita nonton bola itu merasa lebih paling baik dari pemain dan merasa paling hebat dari pelatih. Tapi kalau menjadi pelatih, menjadi pemain kan merasakan betul. Muhammadiyah juga begitu,” paparnya
Ia berharap, kader-kader Muhammadiyah yang aktif dan berani memberikan perubahan dalam sistem akan berdampak pada kebijakan publik yang baik. Karena itu Haedar kembali menginggatkan bahwa, proses kaderisis itu penting, selain ditempuh dari jalur pekaderan formal dan berjenjang, kaderisasi juga bisa dilakukan melalui Amal Usaha, termasuk kampus.
Persoalan yang dihadapi oleh Muhammadiyah, termasuk dalam peran kemanusiaan global juga memerlukan peran-peran kader dan cara pandang yang inovatif-tajdid. Pada setiap jenjang kehidupan pasti akan ditemukan stagnasi, di situlah pentingnya melakukan pembaharuan. Karena itu ia meminta kepada semua supaya senantiasa meng-up grade pengetahuan dengan banyak membaca.
“Selagi Muhammadiyah itu sudah leading di amal usaha, kemudian sumber daya kader kita masih punya trust. Tetapi hati-hati juga harus terus meningkatkan kualitas, dan disitulah pentingnya pembaharuan,” tegas Haedar.