MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, oleh karena itu siapkan sikap untuk merespon itu. Dan Allah telah menyiapkan ramadan sebagai suatu sistem yang baik untuk membiasakan manusia dalam merespon perubahan itu.
Akan tetapi supaya tidak salah dalam memberikan respon, baiknya sebagai seorang muslim harus menjadikan Al Qur’an sebagai landasan dalam bersikap.
Demikian disampaikan oleh Agus Syamsudin, Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum PP Muhammadiyah pada (5/5) dalam Pengajian Ramadan Aman dan Sehat yang ditayangkan oleh TV MU Jogja.
Sebagai seorang muslim, sambung Agus, harus menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan. Agus memabagi, bahwa perubahan menjadi dua, yaitu perubahan yang tidak bisa dikontrol. Terhadap jenis perubahan pertama ini sikap yang harus dikedepankan adalah menerima.
Selanjutnya adalah perubahan yang bisa dikontrol, direspon dengan belajar supaya bisa mengikuti perubahan itu. Serta selalu proaktif dengan menyiapkan diri untuk menghadapai perubahan-perubahan yang akan datang. Meskipun demikian, setiap perubahan pasti akan mengalami resistensi baik dari dalam maupun dari luar.
Perubahan baik yang dilakukan oleh muslim selama bulan ramadan ini menurut Agus harusnya berdampak baik juga seusai ramadan. Perubahan baik tersebut harus ditargetkan, misalnya sebagai maintenance atau pemiliharaan awal perubahan kebiasaan itu dilakukan selama 21 hari.
“Sebenarnya logikanya di bulan ramadan yang 29 atau 30 hari itu kita bisa melakukan perubahan, tingal bagaimana istiqomah memaintenance perubahan itu,” tuturnya
Agus berpesan, untuk menjaga konsistensi dalam melakukan perubahan menuju kebaikan seseorang harus fokus dan menghilangkan distraksi atau gangguan. Serta harus juga membangun supporting system, atau dukungan baik dari lingkungan keluarga dan lainnya.
“Perubahan adalah keniscayaan, persoalannya adalah bagaimana kita merespon bagaimana perubahan-perubahan itu. Itu yang akan menentukan kesuksesan kita,” tandasnya