MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA—Ajaran Islam tidak pernah bertentangan dengan sains dan teknologi. Bahkan Islam menekankan pentingnya pengembangan IPTEK bagi kemaslahatan umat manusia. Prof Agus Purwanto menyebut di antara banyaknya Ormas Islam, Muhammadiyah memiliki kesempatan untuk menciptakan kualitas SDM yang unggul dan paling siap membahas IPTEK.
“Saya beberapa kali menyampaikan bahwa Muhammadiyah yang relatif siap membahas IPTEK. Di antara sekian banyak Ormas Islam, memang Muhammadiyah yang paling siap dengan perangkat yang dimiliki seperti punya PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah,” kata Prof Agus dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (14/07).
Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh November ini menyayangkan dominasi fikih dan tasawuf dalam cara beragama umat Islam. Persoalan sains dan teknologi seolah tenggelam dari perhatian. Padahal, para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap sains dan teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah.
“Begitu kita dengar kata ‘islam’, kata ‘al-Qur’an’, persepsi kita dipenuhi dengan kata-kata surga, neraka, ghaib, takwa, malaikat, jihad, anak yatim, tapi lepas dari persoalan sains dan teknologi. Jadi sains dan teknologi dipandang sebagai ajaran di luar Islam,” tutur Prof Agus.
Muhammadiyah harus mengambil peran untuk mengembalikan bahwa sains dan teknologi adalah bagian yang tak terpisahkan dengan ajaran Islam. Bila mengabaikan hal ini, kata anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini, umat Islam hanya akan dipandang peradaban lain sebagai penonton bukan aktor.
Prof Agus mengisahkan saat dirinya menjadi juri olimpiade fisika internasional. Di antara sekian banyak umat Islam, hanya negara Iran yang nampak paling menonjol dalam olimpiade tersebut. Lemahnya penguasaan dalam sains dan teknologi mengakibatkan dunia Islam, khususnya Islam Indonesia, berperan aktif sebagai konsumen bukan produsen.
“Motor yang terjual di negara kita sejak 2005 sampai 2019, itu ada sekitar 95 juta unit. Sayangnya, motor-motor itu bukan produk kita yang mayoritas muslim. Demikian pula dengan mobil. Ini persoalan serius, jadi perguruan tinggi kita seperti ITB, ITS, Fakultas Teknik di beberapa kampus Muhammadiyah dan Negeri, bisa melahirkan apa?” tanya Prof Agus.
Melalui amal usaha bidang pendidikan yang dimiliki Persyarikatan, Prof. Agus menaruh harapan tinggi Muhammadiyah dapat mengisi kekosongan sains dan teknologi di dunia Islam. Harapan ini lahir dari mindset bahwa Islam rahmat semesta alam bukan umat yang bisa menjadi konsumen semata.