MUHAMMADIYAH.OR.ID, LEBANON—Seperti halnya di belahan bumi lainnya, kaum perempuan di dunia muslim masih terus berjuang bagi terciptanya kesetaraan di ruang publik. Tafsir-tafsir keagamaan yang misoginis turut berkontribusi dalam masalah ini. Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Tohari mengajak agar persoalan ini menjadi perhatian bersama.
“Perempuan di dunia muslim saya rasa harus menjadi perhatian kita bersama, oleh karena di banyak negara muslim, perempuan masih menduduki posisi yang kurang menggembirakan apalagi masih banyak yang terkait dengan doktrin-doktrin keagamaan,” kata Hajriyanto dalam diskusi yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin (15/11).
Selain tafsir keagamaan, pandangan perempuan di dunia muslim juga terkadang dibentuk oleh persepsi islamophobia khas Barat. ‘Perempuan yang dirampas’ adalah bagian dari kalimat-kalimat stereotip yang digunakan oleh berbagai media Barat tentang perempuan Muslim. Ketika seorang perempuan berhijab, misalnya, dibuatlah sebuah citra negatif di media massa Eropa. Media Barat selalu menawarkan perempuan Muslim untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma-norma Barat.
“Di dunia Islam, bahkan di tingkat internasional, persoalan perempuan itu masih sering menjadi perdebatan-perdebatan, apalagi ketika diletakkan dalam konteks Islam dan Barat. Di mana pandangan Barat yang masih menghegemoni dan mendominasi pandangan internasional tentang perempuan di dunia Islam, itu masih sanhgat kuat, di mana perempuan di dunia Islam masih mengalami diskriminasi,” tutur Hajriyanto.
Duta Besar Indonesia untuk Beirut ini mengatakan bahwa belum majunya perempuan-perempuan di dunia Islam terutama dalam perspektif Barat itu tidak bisa digeneralisasi. Hal tersebut karena sebetulnya di banyak negara-negara Islam sudah mulai banyak kemajuan-kemajuan dan inovasi-inovasi yang dilakukan dalam pemberdayaan perempuan.
Misalnya banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik di bidang hukum, kesehatan, maupun sosial di Arab dipimpin oleh perempuan. Arab Saudi menunjuk Duta Besar untuk Amerika Serikat seorang perempuan bernama Reema Bint Bandar Al Saud. Sarah bint Yousif Al Amiri saat ini menjadi ketua Badan Antariksa Uni Emirat Arab (UEA). Bahkan sekarang mulai bermunculan kolumnis-kolumis perempuan di media cetak maupun digital.
“Jadi opini Barat bahwa dunia Islam itu sedemikian diskriminatif terhadap perempuan, seringkali ditunjuukkan contoh-contoh yang agak teratral dan simplistik seperti perempuan menyetir mobil. Padahal perempuan sudah mulai bergerak maju,” kata Hajriyanto.