MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Keberanian Kiai Haji Ahmad Dahlan dulu untuk membangun Muhammadiyah tidaklah salah. Pemikiran untuk mengembangkan tradisi pendidikan adalah pemikiran yang langka dan tak semua orang memikirkannya.
Kita tahu bahwa sejak awal berdirinya muhammadiyah itu baik sebagai jalan mempunyai punya prinsip bahwa kaum laki-laki dan kaum perempuan itu punya kesempatan yang sama. Kesempatan itu meliputi banyak hal termasuk untuk melakukan sesuatu yang sifatnya publik.
Hak yang seimbang antara laki-laki dan perempuan ada di Surat Al-Baqarah 228. Bahkan karena menyadari bahwa perempuan dan laki-laki mempunya kewajiban ;Aisyiyah menjadi salah satu yang melatarbelakangi berdirinya ‘Aisyiyah.
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan kami balas kebaikannya,” ungkap Widyastuti, Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah, pada Kajian Subuh Jum’at (29/1).
Kemudian jika menyinggung awal pemikiran terbentuknya Muhammadiyah melalui tempat ibadah yang kecil-kecil seperti langgar. Terkadang kita lupa bahwa tempat semacam langgar ini menjadi tempat yang pendidikan juga. Sehingga berpengaruh dan berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Dan itu sudah dilakukan Kiai Dahlan.
Seperti yang kita tau bahwa pendidikan karakter dipengaruhi oleh tiga hal diantaranya, keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Maka, menurut Wiwied, membangun komunikasi yang baik di dalam rumah apalagi dengan menyampaikan dakwah akan membawa relasi yang sangat indah untuk kesuksesan pendidikan.