MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam amanat di acara Ideopolitor, Sabtu (6/5), Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan pesan kepada seluruh peserta supaya menjadikan Putusan Muktamar 48 Muhammadiyah sebagai rujukan bersama secara kolektif-sistem.
Demikian disampaikan Haedar di hadapan peserta yang terdiri dari perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia, Ketua dan Sekretaris Majelis/Lembaga/Biro (MLO) level Pusat di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta. Diharapkan seluruh level pimpinan Muhammadiyah dapat bergerak dalam satu irama yang sama.
Kepemimpinan di Muhammadiyah, kata Haedar, bukan hanya pada tataran organisasi, tetapi lebih dalam masuk pada jiwa dan alam pikiran. Amanah kepemimpinan di Muhammadiyah juga berdimensi ilahi. Oleh karena itu, pengkhidmatan di Muhammadiyah harus dilaksanakan secara optimal.

“Kita harus bersungguh-sungguh dengan ketulusan, kesabaran sebagai kekuatan rohani kita dalam menjalankan amanat itu. Jika pengkhidmatan kita berada pada titik terdalam itu, berkah Allah dan rahmat Allah akan melimpah untuk kita.” Ungkapnya.
Perjalanan sejarah Muhammadiyah satu abad lebih dalam pandangan Haedar, merupakan hasil dari rahmat Allah SWT kemudian perpaduan antara keseungguhan, ikhtiar dan pengkhidmatan sejak zaman KH. Ahmad Dahlan sampai sekarang, dan yang akan datang. Beberapa hal itu menjadi kunci Muhammadiyah sekarang sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia.
Agara tidak sebatas pengakuan, maka dalam menjalankan organisasi Islam terbesar ini, secara organisatoris Putusan Muktamar ke-48, Muhammadiyah memiliki tagline unggul dan berkemajuan. Tagline tersebut harus menjadi alam pikir yang aktual di berbagai aspek kehidupan yang menjadi lahan garapan Muhammadiyah.
“Muhammadiyah Unggul dan berkemajuan harus menjadi orientasi gerak kita bersama, agar kita fokus dalam seluruh gerakan kita.” Tutur Haedar.
Guru Besar Sosiologi ini melanjutkan, meskipun wilayah Muhammadiyah memiliki irama dan tantangan sendiri, tetapi jika Muhammadiyah mampu bergerak secara jamiyah, diprediksi Muhammadiyah pada lima tahun ke depan akan terus bergerak maju dan meningkatkan keunggulan yang lebih baik lagi.

Dia juga berpesan supaya bukan hanya Pimpinan Muhammadiyah, tetapi juga MLO termasuk juga organisasi otonom dapat bergerak seirama. Komitmen gerakan seirama ini juga bagian dari amanah kepemimpinan Muhammadiyah dalam periode ini, mulai dari level pusat sampai dengan ranting.
Muhammadiyah sebagai organisasi, gerakannya berbasis sistem bukan perorangan atau pribadi. Gerakan yang tersistem ini menurut Haedar adalah kekuatan Muhammadiyah. Termasuk pembangunan segala Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) untuk dan atas nama Persyarikatan Muhammadiyah.
Hits: 292