MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir ingatkan jika berbicara tentang Islam jangan hanya hitam – putih atau seputar perintah dan larangan semata, sebab didalamnya juga ada petunjuk yang dimensinya lebih luas.
Merujuk beberapa ulama yang menyebutkan bahwa, perintah dan larangan dalam Al Qur’an jika dipresentasikan isinya tidak lebih dari sepuluh persen, akan tetapi selebihnya atau lebih besar dari itu isi Al Qur’an adalah petunjuk-petunjuk.
“Artinya Islam itu bukan hitam – putih, hanya amar ma’ruf nahi munkar tapi ada dimensi lain. Maka dakwah pun keliru jika hanya berbicara amar ma’ruf nahi munkar,” tutur Haedar melalui virtual pada (3/3) di acara Baitul Arqam Universitas Muhammadiyah Sorong.
Haedar menyebut, kader, pimpinan, dan anggota Muhammadiyah penting untuk mendalami Islam agar dakwah yang dilakukan atau perbincangan seputar Islam yang diwacanakan tidak hanya berisi perintah dan larangan.
Sebab lebih jauh dari itu, tujuan beragama adalah ingin meraih kebahagiaan sejati baik di dalam dunia dan akhirat. Dalam konteks ini Agama Islam menjadi agama yang multi dimensi dan berlapis-lapis. Bahkan Aqidah bagi Muhammadiyah bukan hanya dimaknai sebagai hubungan vertikal kepada Allah saja, melainkan bersisi horizontal yaitu berhubungan baik dengan manusia dan alam.
“Dimensi iman, dimensi aqidah itu juga menyangkut kehidupan kemanusiaan. Maka memahami aqidah yang murni itu juga harus multi dimensi,” imbuhnya.
Termasuk dalam melakukan ibadah salat juga multi dimensi, meski salat diperintahkan untuk dilakukan dengan khusyu’, akan tetapi dampak dari salat sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Muhammad adalah mencegah dari kejahatan dan kemungkaran di dunia. Menurut Haedar, harusnya jika orang salatnya baik akan berbanding lurus dengan kebaikannya di dunia.
Termasuk mampu menjaga ucapannya di era sekarang,”Di era medsos ini kadang begitu rupa, kita bisa terseret ke akhlak yang tidak terpuji. Orang yang salatnya baik juga harus menghasilkan kebaikan, jadi tidak cukup kita ribut soal kaifiyah salat, tapi tahsinah salatnya tidak menghasilkan kebaikan,” tuturnya.
Haedar juga menyambut gerakan salat berjamaah yang ramai diikuti oleh umat muslim, akan tetapi disisi lain ia juga mengingatkan bahwa jangan sampai gerakan ini tidak memiliki atau melahirkan kebaikan-kebaikan kepada sesama dan tidak boleh merasa baik sendiri. Sebab dalam beribadah pun tidak boleh merasa semuci.