MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Ayat tentang alam semesta bertebaran di kitab suci Alquran. Hadis-hadis Nabi Muhammad tentang lingkungan juga tak sedikit jumlahnya. Islam menegaskan bahwa kualitas iman seseorang berbanding lurus dengan sikapnya terhadap lingkungan.
Ironisnya, banyak umat muslim yang belum memahami perintah ramah lingkungan sebagai kesatuan di dalam akidah tauhid. Akibatnya, negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia justru menjadi negara dengan kerusakan alam terbesar.
“Sekian banyak warga Indonesia yang Muhammadiyah dan lebih dari 70 persen beragama Islam tapi kerusakan (alam) di Indonesia sangat parah, berarti antara tauhid yang green (ramah lingkungan) dengan implementasi sebetulnya saat ini masih jauh dari yang kita harapkan,” keluh Ketua divisi Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Hening Parlan.
Dalam pengajian pagi bertajuk “Gerakan Lingkungan dalam Prespektif Muhammadiyah”, Jumat (3/12) Hening lantas memaparkan data negara penghasil limbah makanan terbesar di dunia versi Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2020.
Dari data tersebut, tiga negara muslim menjadi peringkat pertama (Arab Saudi), peringkat kedua (Indonesia), dan peringkat keempat (Uni Emirat Arab). Peringkat ketiga sendiri diisi oleh Amerika Serikat.
Dalam data di atas, setiap orang Indonesia per tahun menghasilkan sampah makanan sebanyak 300 kg. Sementara itu setiap penduduk Arab Saudi menghasilkan rata-rata sampah sebanyak 427 kg per tahun.
Bagi muslim Indonesia, komitmen keimanan terhadap pelestarian alam juga semakin dipertanyakan dengan tingginya eksploitasi alam dan kerusakan lingkungan di berbagai daerah.
“Kalau balik kepada tauhid, pada keimanan dan Keislaman kita, ternyata (masalah) lingkungan belum jadi sesuatu yang melekat. Belum terinternalisasi dengan baik dalam proses keyakinan sampai implementasi. Ini tantangan bagi kita semua di Muhammadiyah dan buat kita semua di ‘Aisyiyah,” pungkasnya.