MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Dari data yang telah dikumpulkan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Áisyiyah (LPPA) pusat beginilah wajah gender dari dampak adanya pandemic covid-19.
Dari survey yang dilakukan LPPA ternyata 64% responden survey mereka melihat persoalan PHK disekitar mereka. Kemudian, 68% mengatakan ada stigma pada orang yang positif covid. Selain itu, 36% menemukan kasus kekerasan di lingkungan terdekat sejalan dengan hasil surveynya pemerintah. 36% responden mengetahui isu kesehatan reproduksi dan 61% ada masalah dalam proses distribusi akses pada program jaminan sosial.
Hal tersebut diungkapkan Dati Fatimah, Anggota LPPA Pusat dalam Pengajian Perempuan dan Bencana via daring, Ahad (24/1).
Dati mengatakan ini gambaran persoalan yang terjadi disekitar kita selama pandemic. “Kalau kita mengatakan dampak pandemic bencana pada perempuan semacam itu situasisnya,” kata dia.
Ia mengungkapkan dampak pandemic berbasis gender itu terbagi menjadi dua. Yakni dampak sosial dan dampak ekonomi.
Dampak sosial diantaranya, isu beban ganda. Isu beban ganda ini sebelum pandemic sudah ada tapi adanya pandemic bisa memperparah. Setelah pandemic, pekerjaan perempuan menjadi double job karena harus berpikir protocol kesehatan. Selain itu kegiatan sekolah dirumah juga menjadi beban ganda pada perempuan.
Akibatnya beban perempuan selama pandemic ini meningkat 100%. Maka kerja produktif perempuan dalam bidang ekonomi menjadi lebih sedikit. Belum lagi soal keterbatasan mobilitas, kemudian soal kecemasan dan kesehatan mental.
Terlebih di masa pandemic akses teknologi menjadi penting. “Semua berbasis teknologi, urusan kerja, interaksi dan bisnis. Padahal akses perempuan terhadap internet lebih rendah daripada laki-laki,” jelas Dati.
Banyak perempuan akhirnya juga tidak bisa bergabung dengan komunitasnya. Macetnya skema komunal terjadi di masa pandemic ini.
Dampak yang lainnya adalah ekonomi. Bagaimana tidak? Dati memaparkan bahwa kesempatan kerja yang menurun dialami perempuan. Perempuan menjadi kurang produktif, skill bertahan hidup pun harus dilakoni.
Disisi lain rendahnya jaminan sosial yang terjamah kaum perempuan. Kalau pun ada, perempuan mengalami kesulitan karena berhubungan dengan teknologi. Misalnya ada mbah-mbah yang mau dikasih jaminan sosial tapi ditanya tentang email.