MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Bulan Ramadan telah berlalu. Selama Ramadan, umat Islam dididik untuk lebih beriman dan bertakwa kepada Allah Swt melalui puasa wajib sebulan penuh dan berbagai ibadah sunnah yang semua pahalanya dilipatgandakan berkali-kali lipat.
Meski manusia melakukan ibadah dengan sekuat tenaga, tetapi hanya Allah saja yang tahu apakah ibadah itu diterima atau tidak. Namun menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, ibadah Ramadan seseorang yang diterima Allah itu dapat diketahui melalui beberapa tanda.
“Pertama Rasulullah Saw memberikan rambu-rambu. Puasanya imanan wa ihtisaban. Jadi karena iman, bukan karena ingin sehat, ingin supaya mendapatkan harta yang banyak. Dan ihtisaban, mengharapkan pahala dari Allah Swt,” jelasnya.
Dadang mengutip hadis Rasulullah Saw riwayat Bukhari yang berbunyi ‘‘Man shama Ramadhana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih’’ yang artinya ‘’barangsiapa berpuasa selama bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni Allah dosa terdahulunya.’’
Tanda kedua puasa seseorang itu diterima jika selama bulan Ramadan dan setelah bulan Ramadan orang itu menjauhi ghibah, berbohong, hingga hal-hal tercela lain yang dilaran oleh agama Islam.
Dadang dalam Catatan Akhir Pekan di kanal youtube Tvmu, Sabtu (14/5) itu lalu mengutip hadis Nabi Saw riwayat Bukhari lain yang artinya, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.”
Dadang lalu mengutip hadis riwayat Ibnu Majah yang artinya, “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.”
Dirinya juga menyebut larangan berbuat rafats (berbuat asusila), fusuq (berbuat fasik), dan jidal (berdebat) di dalam ibadah haji sebagaimana termaktub pada surat al-Baqarah ayat ke-197 juga berlaku bagi para pelaku ibadah puasa di bulan Ramadan.
“Nah itu juga melemahkan atau mengurangi dari kadar puasa ini. Tetapi kalau kita bagus, hebat, bisa menahan diri selain makan-minum dan yang membatalkan itu, kita juga menahan diri dengan tidak bohong, tidak menipu, tidak bicara kasar, tidak menganiaya orang dan menzalimi orang, insyaallah puasa kita diterima,” kata Dadang.
“Kita optimis saja. Karena Allah itu Maha Rahman-Rahim, Maha Pengampun, Maha Penyayang. Selama kesalahan itu karena ketidaksengajaan atau karena kebodohan kita, maka Allah mengampuni. Tapi kalau disengaja apalagi kita pernah membatalkan puasa tanpa alsan, wah itu sangat tidak baik dalam melaksanakan ibadah itu. Optimis, insyaallah diterima,” pungkasnya. (afn)
Hits: 236