MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Anisia Kumala, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta mengatakan bahwa qonaah itu adalah bagian dari rahmat Allah swt. yang diberiakan kepada seorang mukmin.
“Jika seseorang selalu tidak merasa cukup dan keinginanya ini tidak dapat terwujud maka akan meningkatkan rasa stress dan bisa menuju pada depresi,” tuturnya.
Secara singkat Anisia menjelaskan definisi kebahagiaan itu adalah hadirnya emosi-emosi psotif. Jika telah hadir emosi positif maka secara otomatis emosi negatifnya akan tersingkir, sifat qonaah membantu hadirnya kebahagiaan itu sendiri. “Jadi ketika emosi positif sering hadir dan muncul maka ini disebut dengan kebahagiaan,” ungkapnya dalam Kajian Islam Subuh Uhamka, Ahad (19/9).
Bahagia dalam Perspektif Psikologi
Beberapa riset-riset ilmiah menjelaskan bahwa tolak ukur dari sebuah kebahagiaan adalah adanya relasi, interkasi sosial, dan hubungan yang baik dengan orang lain. Semakin berkualitas relasi interaksi sosialnya maka akan semakin meningkat rasa kebahagiaanya.
Ada penelitian dari Tamir, M., Schwartz, S.H., Oishi, S., &Kim M.Y., yang menunjukkan fakta bahwa kebahagiaan akan datang ketika seseorang merasa benar bukan merasa benar.
Anisia menganalogikan penelitian tersebut dengan contoh seorang ibu atau bapak yang berjuang dan berkorban demi keluarganya. Menurutnya dia itu memperjuangkan kebenaran, itu hal yang benar bagi dua. “Mau kerjanya sampai Lelah atau jungkir balik dan seterusnya, ketika kemudian menrut dia baik dan benar, maka akan mendatangkan kebahagiaan,” terang Anisia.
Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa ketika seseoranng melakukan aktivitas kebaikan selama tujuh hari secara konsisten maka akan mendatangkan kebahagiaan, juga agar rasa syukur akan mendatangkan kebahagiaan. Semakin banyak objek dari rasa syukur tersebut maka akan semakin meningkat kebahagiaanya.
Di akhir materi Anisia menambahkan bahwa riset-riset ilmiah tersebut senada dengan ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur’an, dalam surat An-Nahl ayat 97 misalnya.
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”