MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 bukan saja sebagai penanda kerasulan Nabi Muhammad Saw. Tetapi ayat ini juga menjadi penanda bagi kaum muslimin untuk menjadi masyarakat yang terdidik (literate) dan beradab.
“Iqra’, perintah membaca itu menjadi bagian penting dalam konteks Bagaimana peradaban manusia itu dibangun menurut ajaran dan menurut peradaban Islam,” tutur Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Dalam program Kolak TvMu bertajuk “The Power of Reading”, Kamis (6/4), Abdul Mu’ti menyebut hubungan peradaban dengan perintah Iqra’ itu secara konteks dapat dipahami jika melihat keadaan masyarakat Arab yang saat itu jahiliyah.
Menurutnya, Surat Al-Alaq ayat 1-5 berfungsi sebagai counter culture atau sebuah perlawanan budaya dari tradisi masyarakat Arab yang didominasi tradisi lisan kepada tradisi literasi, baca-tulis.
Meskipun masyarakat Arab saat itu memiliki tradisi lisan yang kuat seperti menyusun syair tentang silsilah keluarga, glorifikasi suku/kabilah, namun sebagian besar dari mereka adalah buta aksara. Masyarakat Arab yang saat itu menguasai ilmu baca tulis jumlahnya sangat kecil.
“Sebagian besarnya memang masyarakat yang yang tidak bisa membaca dan menulis dan karena itu maka dalam dalam kaitan dengan perintah membaca yang diterima oleh Rasulullah Muhammad Saw itu sebenarnya Alquran ingin membangun budaya baru bahwa masyarakat ini akan maju kalau masyarakat itu berubah dari tradisi lisan kepada tradisi membaca,” jelas Mu’ti.
Penekanan terhadap budaya iqra’ atau literasi ini kata dia juga disiratkan dari perintah malaikat Jibril As yang berulang kepada Nabi Muhammad Saw untuk membaca (iqra’), kendati Nabi Muhammad Saw menurut sebagian ulama adalah nabi yang tidak bisa membaca dan menulis (ummiyun).
Perintah Iqra’ menurut Mu’ti juga mengandung pesan agar Nabi Muhammad Saw membaca keadaan masyarakatnya yang dengan itu tugas menjalankan risalah kenabian menjadi lebih mudah.
“Karena itu maka makna yang kedua dari membaca itu tidak sekadar kita riding the text gitu, tetapi membaca itu artinya mengumpulkan fakta-fakta, meneliti, menghimpun informasi sehingga dalam pengertian luas berarti jamaah mengumpulkan data, mengumpulkan fakta, dan seterusnya tapi kemudian data dan fakta itu diinterpretasi, diberikan makna sehingga dia menjadi bagian dari konstruksi dasar, konstruksi awal dari pengembangan ilmu pengetahuan. Itulah kira-kira makna dari The Power of Reading dalam konteks yang luas dan dalam kaitan dengan bagaimana masyarakat itu berubah dari tradisi lisan kepada tradisi membaca,” imbuhnya.
“Karena itu maka menurut saya peradaban kita ini bisa maju kalau kita ini memang punya habit punya kebiasaan membaca karena jendela ilmu itu kan sebagiannya dari kita membaca,” kata Mu’ti.
“Sehingga karena itu maka masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memang memiliki habit, punya kebiasaan membaca. Kemudian yang kedua punya budaya membaca dan yang ketiga punya budaya peneliti,” pungkasnya. (afn)
Hits: 874