Oleh: Syahdara Anisa Makruf
PWNA DIY, Akademisi UII
Ketahanan keluarga (family resilience) merupakan kemampuan keluarga dalam menghadapi kondisi krisis yang akan berpengaruh terhadap kegagalan pengasuhan anak-anak (Patterson, 1983; Boss, 2001). Ketahanan berarti upaya bangkit dari keterpurukan. Dalam Islam, ketahanan juga berarti mengoptimalkan fungsi akal agar mampu mengatasi tekanan, menikmati proses pemulihan dan menyadari bahwa hidup tidak akan terlepas dari ujian dari Sang Maha Kuasa.
Ketahanan diperlukan agar tidak terjadi kerapuhan dalam menjalankan kehidupan sehingga menjadi sebuah kekuatan menuju keabadian. Dalam konteks keluarga, ketahanan menjadi pondasi dalam membangun sikap maupun mental secara bersama sama untuk menghadapi berbagai macam tantangan. Setiap keluarga sudah dipastikan sedang menghadapi masalah yang beranekaragam, tidak ada keluarga yang terbebas dari permasalahan, terlebih di masa pandemi covid-19 yang sedang menjadi masalah dunia yang berdampak pada kerentanan keluarga.
Kerentanan Keluarga Era Covid-19
Kerentanan keluarga di masa pandemi covid 19 semakin terlihat nyata. Tingginya angka perceraian dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) akibat dari beberapa faktor yakni beban lebih dan berlipat pada perempuan, stressnya anak pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), kepala keluarga pencari nafkah yang dirumahkan, ekonomi yang tidak mendukung memenuhi kebutuhan hidup, terancamnya kesehatan keluarga yang merenggut biaya hingga nyawa adalah dampak tidak siapnya mental keluarga dalam menghadapi wabah.
Namun, di balik ini semua jika kita bisa menenangkan diri dengan baik, melakukan perenungan melalui instropeksi atas ujian pandemi Covid-19, maka sesungguhnya ada hikmah besar di balik ujian ini seperti termaktub dalam Q.S Al Baqoroh ayat 155: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Keluarga Tangguh Menurut Nasyiatul Aisyiyah
Nasyiatul Aisyiyah senantiasa bergerak dan konsisten dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Pada Tanwir Nasyiatul Aisyiyah di Banjarmasin muncul wacana tentang “Gerakan Keluarga Muda Tangguh Untuk Kesejahteraan Bangsa.” Konsep keluarga tangguh menurut Nasyiatul Aisyiyah adalah keluarga yang mandiri dalam mengatasi permasalahan secara internal maupun eksternal dengan tetap berpegang kuat pada prinsip keluarga serta mengedepankan keyakinan kepada Allah SWT.
Nasyiatul Aisyiyah memandang bahwa untuk melanjutkan pembangunan Negara adalah bermula dari ketahanan keluarga. Bagi Nasyiatul Aisyiyah, peran yang dilakukan dalam mewujudkan ketahanan keluarga adalah dengan membekali anggota-anggotanya dengan mengimplementasikan sepuluh pilar Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah (KMTNA). Sepuluh pilar tersebut terdapat nilai nilai krusial dalam mewujudkan ketahanan keluarga agar dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Indikator dari ketercapaian ketahanan keluarga bagi Nasyiatul Aisyiyah adalah terimplementasinya sepuluh pilar KMTNA yakni pertama, menjunjung tinggi nilai nilai keislaman agar semakin kokoh dalam berakidah dan berakhlakul karimah. Kedua, pemenuhan jasmani dengan menjaga daya tahan tubuh dengan olahraga, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup dan rohani yakni membangun kebersamaan dalam beribadah, rekreasi, kerjabakti maupun bersosialisasi. Ketiga, membangun kemandirian dengan cara menjaga mental keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Keempat, membangun kepedulian dalam keluarga dengan memberikan kebermanfaatan terhadap orang lain yang menjadi haknya sebagai wujud keadilan berdasarkan spirit Al-Maún. Kelima, saling menghormati, berkasih sayang dan membawa misi Rahmatan liláalamin. Keenam, menjunjung tinggi nilai nilai demokrasi seperti bermusyawarah ketika terjadi permasalahan dalam keluarga. Ketujuh, meminimalisir dominasi keluarga dan tidak melakukan kekerasan lahir maupun batin. Kedelapan, memberikan kesempatan untuk bersama sama melejitkan potensi sebagai wujud kesetaraan dalam keluarga. Kesembilan, menumbuhkan kesadaran ekologi dengan bersama sama menjaga keseimbangan relasi keluarga dengan alam. Dan terakhir, kesepuluh yakni tanggap dan siap dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja. Jika ketahanan keluarga terwujud, maka akan memberikan sumbangsih besar pagi pembangunan Negara, bangsa, dan agama.
Editor: Fauzan AS
Hits: 40