MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta kepada anggota, kader, dan pimpinan Hizbul Wathan (HW) dalam semangat Milad 102 tahun ini harus disertai semangat untuk terus mempelajari, menghayati, dan mewujudkan prinsip, ideologi dan orientasi gerakan Muhammadiyah yang moderat berkemajuan untuk membawa umat, bangsa dan kemanusiaan semesta menjadi berada di depan menjadi khoiru ummah (umat terbaik).
“Peran Hizbul Wathan harus menjadi umat tengahan yang mampu membawa dan menjadi saksi bagi kemajuan umat, bangsa dan kemajuan semesta,” jelas Haedar Nashir dalam acara resepsi Milad ke 102 Hizbul Wathan pada Ahad (20/12).
HW yang berdiri tahun 1918 merupakan organisasi otonom atau bagian yang lahir di era pendiri dan generasi awal Muhammadiyah. Kiai Dahlan dan para tokoh Muhammadiyah saat itu menyadari betul bahwa Muhammadiyah harus hadir menjadi kekuatan penggerak kemerdekaan Indonesia.
“Menggunakan kata Hizbul Wathan, pasukan tanah air atau juga kepanduan tanah air menunjukan pada wawasan dan semangat kebangsaan yang telah melekat pada diri Kiai Dahlan dan gerakan Muhammadiyah generasi awal,” tutur Haedar.
Karena itu ketika milad ke-102, HW bagi seluruh anggota kader dan pimpinan dari pusat sampai bawah hayatilah, bahwa keberadaan HW itu tidak lain sebagai wujud sebagai panggilan Islam yang lahir dari generasi awal Muhammadiyah untuk bangsa.
“Dengan kata lain bahwa kehadiran HW merupakan wujud dari integrasi dari peran keislaman untuk ke-Indonesiaan yang menyatu dalam satu jiwa dalam satu pikiran dan dalam satu tindakan agar Indonesia bangsa Indonesia termasuk di dalamnya kaum muslim sebagai penduduk mayoritas itu menjadi bangsa yang merdeka kala itu tetapi juga sekaligus setelah Indonesia merdeka menjadi bangsa yang berkemajuan untuk meneruskan cita-cita nasional yang diletakkan oleh para pendiri bangsa,” tutur Haedar.
Jendral Soedirman Kader Hizbul Wathan
Haedar juga menyampaikan bahwa Jenderal Soedirman adalah kader Muhammadiyah yang lahir dari Hizbul Wathan yang kemudian dikenal menjadi tokoh Perang Gerilya dan Bapak Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta menjadi Pahlawan Nasional.
“Para pendiri Muhammadiyah dan penerus pergerakan ini juga sadar betul bahwa ke-Islaman dan ke-Indonesiaan itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain,” tutur Haedar.
Dalam memperingati milad 102 itu maka hayati, perdalam, perluas, dan wujudkan integrasi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan itu sebagai bagian dari pergerakan Hizbul Wathan yang melekat dengan pergerakan Muhammadiyah.
Kader HW Harus Miliki Pemikiran Moderat
Haedar juga meminta agar Kader Muhammadiyah, khususnya kader HW untuk terus mengembangkan pemikiran-pemikiran ke-Islaman dan kebangsaan yang moderat berkemajuan.
“Pandangan politik, ekonomoi, budaya dan dalam menghadapi berbagai persoalan kebangsaan yang lahir dari kader Muhammadiyah termasuk kader Hizbul Wathan haruslah pandangan yang moderat yang selalu melihat persoalan dari berbagai aspek secara seimbang dan multi aspek,” jelasnya.
Jangan sampai kader HW memiliki pandangan-pandangan yang ekstream dan menjadi masalah dalam hubungan antar bangsa antar negara bahkan juga antar umat Islam.
“Bersamaan dengan itu pandangan kebangsaan dan ke-Islaman dari Hizbul Wathan juga harus berkemajuan. Kader Muhamamdiyah, kader dan anggota Hizbul Wathan jangan berpikiran konservatif, jumud dan tertinggal. Harus berpikiran maju yang menggunakan pendekatan bayani, burhani dan irfani baik dalam memahami Islam maupun dalam memahami kebangsaan dan persoalan kemanusiaan universal,” tutup Haedar. (adam/andi)
Hits: 42