MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sebagai gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah bukanlah kelompok ekslusif yang hanya peduli pada kehidupan umat muslim saja.
Sebagaimana sering disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, misi Muhammadiyah adalah mengamalkan secara nyata nilai-nilai kemanfaatan dan kerahaman Islam untuk kemanusiaan semesta.
Pada masa pandemi, inklusivisme Muhammadiyah dipertajam melalui berbagai program. Muhammadiyah berusaha seluas mungkin merangkul semua kelompok agama dan golongan untuk bahu-membahu menghadapi pandemi. Salah satunya adalah melalui Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga atau yang dikenal dengan Getapak.
Getapak, Apa Itu?
Diluncurkan sejak Juli 2020, program Getapak dirancang untuk menyasar 80% warga perkotaan dan 20% warga pedesaan yang rentan secara ekonomi karena terdampak pandemi Covid-19.
Kelompok rentan itu terdiri dari para korban PHK, warga yang tidak mendapatkan bantuan sosial, kaum perempuan dengan prioritas mereka yang mempunyai anak kecil, hamil dan menyusui, lansia dan penyandang disabilitas, serta keluarga yang mempunyai anggota keluarga lebih dari 5 orang.
Dikerjakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Getapak menyasar 15 kabupaten/kota di Jawa dan Bali.
Sebagai bagian dari program sosial ekonomi Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah yang melibatkan MDMC, ‘Aisyiyah, MPM, dan AMM, Getapak memiliki beragam program seperti pertanian modern, UMKM, bimbingan manajemen informasi, hingga yang paling wujud adalah program Chantelan.
Hingga 3 Juni 2021, terhitung lebih dari 4.388 masyarakat menerima manfaat langsung dari Getapak.
Chantelan: Getapak di Bali dan Warga Hindu
Program paling menarik Getapak adalah Chantelan. Berasal dari bahasa Jawa ‘canthol’ (gantung), chantelan (gantungan) berupa program gotong royong masyarakat setempat menyediakan kebutuhan pokok harian yang disalurkan lewat gantungan pagar atau papan khusus di tempat umum.
Dalam program Chantelan, siapapun yang membutuhkan bisa mengambil barang yang digantung atau siapapun yang ingin membantu bisa memberi dengan cara menggantung barang.
Barang yang digantung pun beragam dari sayur-mayur, sembako, nasi, lauk-pauk, sabun, uang, hingga kebutuhan pokok lainnya.
Meski terkesan sederhana, Chantelan mampu menjadi media penguat solidaritas antar-warga, termasuk menumbuhkan wajah masyarakat Indonesia yang sebenarnya.
Di Pulau Bali yang mayoritas umat agama Hindu, program Chantelan mendapat sambutan hangat meskipun pada awalnya agak tersendat.
Mengatasi Hambatan
“Awal sosialisasi memang banyak penolakan-penolakan, terus kami minta undangan untuk audiensi dengan kepala desa. Muncul penolakan dengan berbagai alasan, seperti dikhawatirkan akan melanggar prokes dan lain-lain, masyarakat awalnya juga ragu-ragu, di daerah Gianyar akhirnya masyarakat mencari tahu sendiri tentang Muhammadiyah lewat internet. Bahkan kemudian kepala dinas lingkungan ingin juga diajari jika ada program Getapak semacam ini, kadinas akan support,” ungkap penggerak Getapak Gianyar sekaligus Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Gianyar, Khairunnisa.
Di Kabupaten Badung, penggerak Getapak Tasya Maharantrisna mengisahkan bahwa Chantelan tidak hanya dirasakan masyarakat lokal, tetapi juga mahasiswa rantau yang tidak bisa pulang karena pandemi.
“Di Titik Tegal Jaya, kolaborasi dengan komunitas Muslim di Kampus Dhyana Pura. Awalnya ada kendala, kampus kebanyakan beragama Nasrani, namun dengan segala usaha dan komunikasi akhirnya dapat diterima. Bahkan dapat dana dari mahasiswa juga menyumbang lewat transfer rekening. Isi canthelan kita terdiri ada ayam, ikan pindang, dan beras. Selanjutnya, titik canthelan di sekitar rumah ada 40-50 paket, di kampus ada 50 paket, di rumah penerima canthelan dari masyarakat sekitar, di kampus benefnya dari Muslim, Nasrani, dan Hindu. Di kampus dilaksanakan hari Minggu, di rumah hari Sabtu dan Minggu, yang di kampus akan dilanjutkan karena masih ada dana,” tuturnya.
Dapat Modal dari Getapak, Pak Komang Mulai Ternak Babi
Walaupun program Getapak sudah selesai per 30 Juni 2021, namun hingga hari ini program Chantelan masih tetap berlanjut di Lamongan dan Sidoarjo. Program Chantelan nampaknya menjadi solusi sederhana dan penting di tengah pandemi yang berkepanjangan. Apalagi, Chantelan mampu mengeratkan persaudaraan dan solidaritas antar warga bangsa.
“Di Bali banyak sambutan dari masyarakat setempat, dalam Benefnya banyak dari masyarakat Hindu, pemerintah daerahnya mendukung. Di Sragen juga sama, ternyata pendamping informalnya justru dari teman-teman non-muslim yang kebetulan penerima manfaatnya non-muslim,” tutur Manager Program Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga (Getapak) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan sebagaimana dikutip dari Ebook Kabar Getapak Edisi 3 (15-28 Februari 2021).
Selain program Chantelan, Getapak memiliki program bantuan modal sebesar Rp1,5 juta rupiah bagi warga yang membutuhkan. Di antara sekian ribu penerima manfaat, dua warga Hindu Komang Suardana dan Komang Astawa adalah contoh hasil kemurnian inklusivisme Muhammadiyah dalam gerak kemanusiaan.
Komang Suardana asal Karangasem menggunakan modal dari Getapak untuk memulai usaha ternak babi dengan membeli dua ekor anak babi.
Berbeda dengan Komang Suardana, Komang Astawa asal Denpasar menggunakan modal dari Getapak untuk memulai urban farming bibit padi dan ternak lele. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai sales minuman alkohol dan dirumahkan karena pandemi itu merasa terbantu oleh Getapak.
“Sangat terbantulah,” kata Astawa. Berbeda dengan Suardana dan Astawa, warga Hindu lain yang memperoleh modal dari Getapak di Denpasar, Badung dan sekitarnya menggunakannya untuk usaha berjualan canang (bunga peribadatan) hingga arak lokal.
Di tempat lain, Koordinator Fasilitator Getapak Kota Surakarta Taufiq Nugroho mengisahkan kesan-kesan positif masyarakat terhadap signifikansi kehadiran Muhammadiyah melalui program Getapak.
“Secara umum masyarakat merasa senang, berterima kasih kepada Muhammadiyah yang peduli kepada masyarakat, yang pada dasarnya Muhammadiyah itu bukan negara tapi masih mau memikirkan masyarakat-masyarakat kecil, yang salah satunya dibantu dengan modal usaha, sehingga masyarakat sangat senang,” kenang Taufiq menirukan penerima manfaat yang didampinginya.
Naskah: Afandi
Editor: Fauzan AS
Hits: 42