MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN — Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengucap syukur, pasalnya meski jumlah warga Muhammadiyah tidak mayoritas di Indonesia, tetapi terhadap kebaikan warga Muhammadiyah telah melakukan banyak hal untuk kebaikan masyarakat.
Merujuk lembaga survey yang kredibel, Mu’ti mengungkapkan bahwa warga Muhammadiyah menjadi kelompok yang paling dermawan di Indonesia. Menurutnya, selama masa covid-19 berlangsung, orang bisa melihat dan menilai kualitas organisasi yang berkemajuan.
Sementara itu dari data lain, menurut survey yang dilakukan oleh Balitbang Kementrian Agama RI, menemukan hanya sekitra 18 persen dari responden yang mengidentifikasikan dirinya sebagai warga Muhammadiyah. Tetapi, jumlah orang yang mengikuti putusan Majelis Tarjih tentang waktu imsak, jumlahnya lebih dari 43 persen.
Mu’ti menuturkan, pengunaan dalil yang berupa ayat-ayat kauniyah dan dalil aqliyah oleh Muhammadiyah menjadi alasan banyak responden mengikuti putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah.
“Dari kalangan intelektual, professional, menurut mereka Muhammadiyah itu sesuai dengan ilmu. Karena Muhammadiyah memadukan pendekatan aqliyah dan pendekatan ilmiah, atau bayani dan burhani, tetapi juga warga Muhammadiyah mengembangkan irfani,” katanya pada (22/5) dalam Silurahim Keluarga Besar Muhammadiyah Daerah Lamongan secara daring.
Mu’ti melanjutkan, pendekatan irfani yang dikembangkan oleh warga Muhammadiyah menjadikan mereka tidak ‘umuk’ dan tidak ‘sumuk’. Hal ini yang membedakkan warga Muhammadiyah dengan kelompok lain, yang suka ‘umuk’ dan menunjukkan jumlahnya banyak/tinggi seperti buih.
“Buih itu sepertinya tinggi namun keropos, nah Muhammadiyah selama ini menjadi kelompok minoritas kreatif, jumlah kita tidak banyak tapi yang kita lakukan insyaallah bermanfaat” sambungnya
Karena itu ia secara khusus meminta kepada warga Muhammadiyah untuk punya percaya diri dan tetap solid di masa-masa sulit. Mu’ti menyebut bahwa jangan sampai warga Muhammadiyah menjadi kelompok yang hanya menang jumlah, namun stagnan, dan berpikiran tertutup. Melainkan warga Muhammadiyah meski minoritas tapi selalu berkemajuan atau dinamis, dan memiliki pemikiran terbuka.
“Kita hendaknya menjadi orang yang open mind dan open heart, kita juga menjadi orang yang open itu orang yang senantiasa peduli kepada sesama dan tidak hanya memiliki spiritualitas yang refreshing tapi juga memiliki hubungan sosial yang baik atau social refreshing,” ulas Mu’ti.
Hits: 1603