MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – ‘Aisyiyah yang berdiri pada 1917, pada 2024 ini telah berusia 107 tahun. Jika manusia semakin tua kemudian lemah, beda dengan ‘Aisyiyah yang justru makin besar dan bermanfaat.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah dalam Tasyakur Milad ke-107 ‘Aisyiyah yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) DI. Yogyakarta pada (23/5) di Universitas Ahmad Dahlan.
Salmah juga menyampaikan, usia Muhammadiyah-’Aisyiyah yang masing-masing sudah lebih dari satu abad ini bergerak di bantalan rel sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendirinya yaitu KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah.
Terkait dengan dakwah yang dilakukan Persyarikatan Muhammadiyah, perempuan yang akrab disapa Bu Bayin menjelaskan, dakwah yang digerakkan selama ini adalah penuh dengan cinta kasih.
Dakwah yang dilakukan juga tidak bersifat pasif, atau menunggu orang meminta pertolongan baru ada pergerakan. Melainkan dakwah yang aktif ‘menjemput bola’, hadir menjadi solusi dari setiap masalah yang dihadapi umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
“Sebagaimana KH. Ahmad Dahlan dahulu ketika awal mendirikan (Muhammadiyah), mencari, mengumpulkan para anak terlantar di sekitar Masjid Gedhe Kauman untuk kemudian diberi makan, kemudian diberi pendidikan,” kata Bu Bayin.
Selama 107 tahun ‘Aisyiyah menjalankan visi dan misi dakwah berkemajuan dengan penuh kesadaran dan menyadarkan. Penyadaran yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah dilakukan melalui dunia pendidikan – sejak usia dini di Taman Kanak-kanak.
“Memasuki abad kedua ini jauh lebih berat tantangan dari ‘Aisyiyah, tidak hanya mengumpulkan para anak terlantar, tentunya tapi permasalahan yang muncul sangatlah kompleks,” ungkapnya.
Terus berkembang, dakwah yang dilakukan oleh ‘Aisyiyah tidak hanya untuk memangkas kemiskinan, memerangi kebodohan, dan mengejar ketertinggal, tapi juga untuk memerangi adanya kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak.
Tidak cukup sampai di situ, gerakan Perempuan Islam Berkemajuan ini juga concern dalam isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan penyelesaian yang multidisiplin, multisektoral, dan bersinergi dengan semua pihak