MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Puncak pandemi Covid-19 lewat varian Delta pada 2021 mengakibatkan krisis oksigen. Akibatnya banyak pasien Covid-19 meninggal dunia. Krisis tersebut memicu evaluasi pembenahan manajemen oksigen dari alur industri hingga distribusi yang lebih baik.
Pada tahun 2022, Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) mengeluarkan gagasan penguatan akses keberlanjutan oksigen medis di Indonesia lewat program Sustainable Access to Medical Oxygen (SAM O2).
Didukung Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, PATH dan Satgas Covid-19, program SAM O2 telah menyelenggarakan berbagai kegiatan pelatihan manajemen krisis dan klinis oksigen di berbagai tempat. Atas inisiasi tersebut, pemerintah melalui Kemenko PMK RI mengapresiasi MDMC dan para pihak yang mendukung Program SAM O2 Indonesia.
Pada penutupan Program SAM-O2 di Aula Lt.6 Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, Kamis (3/8), Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK, Nelwan Harahap menyatakan komitmen Kemenko PMK untuk mengawal keberlanjutan dari program ini sehingga krisis seperti di masa lampau tidak kembali terulang.
Menurut Nelwan, aksi antisipasi penguatan akses oksigen medis di Indonesia perlu penguatan regulasi, sistem, dan rencana kesiapsiagaan untuk meningkatkan, mengelola, dan mempertahankan suplai logistik kesehatan, dalam hal ini oksigen medis.
“Selanjutnya penguatan regulasi sistem dan rencana kesiapsiagaan diperlukan dalam pengelolaan. Ke depan, kita bisa berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Pusat Krisis Kesehatan, untuk mendorong oksigen medis sebagai bahan pokok penting. Dengan demikian, ada garansi bagi pelaku-pelaku kemanusiaan, pelaku-pelaku kesehatan dan pasien untuk mendapatkannya secara mudah dan cepat,” ujarnya.
Dari kajian-kajian yang dilakukan, telah tercapai output berupa Peta Jalur Akses Oksigen berkelanjutan dan Pedoman Rantai Pasok Oksigen. Nelwan meminta Kemenkes dan Kementerian Perindustrian agar menjadikan peta jalan dan rantai pasok oksigen medis di masa darurat ini sebagai salah satu dokumen pedoman dalam penanganan kondisi darurat yang memerlukan tambahan kebutuhan oksigen medis. Ia juga meminta Kementerian Kesehatan agar membantu mensosialisasikan hasil Program SAM O2 ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan di daerah.
Hadir pula dalam acara ini perwakilan Kemenkes, Kemenperin, BNPB, PATH, Médecins Sans Frontières (MSF), UN World Food Programme (WFP), Humanitarian Forum Indonesia, Asosiasi Instalasi Gas Medik Indonesia, dan Samator. (afn)