MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Kitab suci Alquran bukanlah sekadar wahyu semata, tetapi juga salah satu mukjizat Nabi Muhammad Saw yang abadi sampai akhir zaman.
Kebenaran Alquran misalnya terangkum dalam ayat-ayat penciptaan (kauniyah) yang di masa selanjutnya selaras dengan temuan teknologi dan sains. Karena itu, tidak sedikit para ilmuwan yang memeluk Islam setelah meneliti ayat-ayat kauniyah di dalam Alquran.
Salah satu ilmuwan yang memutuskan memeluk agama Islam adalah pakar bedah berkebangsaan Prancis, Dr. Maurice Bucaille. Setelah masuk Islam, namanya tersohor sebagai intelektual muslim berpengaruh di dunia.
Siapa Maurice Bucaille?
Maurice Bucaille (lahir 19 Juli 1920) merupakan seorang dokter bedah yang memulai karir pada 1945 dengan spesifikasi keahlian dalam bidang gasteroentologi (pencernaan). Pada 1973, Bucaille diangkat sebagai dokter pribadi oleh Keluarga Raja Faisal dari Arab Saudi.
Kisah penelitian jasad Fir’aun itu bermula ketika tahun 1974 dirinya mendapatkan undangan dari Presiden Mesir, Anwar Sadat untuk meneliti Mumi Firaun yang ada di Museum Kairo.
Bucaille lalu tertarik pada sebuah jasad mumi yang masih utuh. Mumi yang dimaksud adalah mumi yang ditemukan di seberang Sungai Nil, tepatnya di Wadi el-Muluk, Luxor pada 1986 oleh Loret dan pernah dibuka perbannya oleh G. Elliot Smith sebagaimana tercatat dalam The Royal Mummies (1912).
Menganggap ada yang tidak lazim dengan utuhnya jasad mumi Fir’aun bernama Merneptah itu, Bucaille mengajukan izin untuk membawa jasad itu ke Prancis untuk diteliti. Mumi pun diselidiki dengan metode radio grafik, thorax dan endoscopy sehingga mendapatkan rincian setiap bagian tubuh.
Dari hasil penelitian terhadap jasad mummi Fir’aun itu diketahui bahwa dalam tubuh mumi yang ditengarai sebagai Fir’aun itu tersebut mengandung bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya, sehingga dia terawetkan lebih sempurna. Artinya, mumi tersebut mati dalam keadaan tenggelam di laut.
Maurice yang telah akrab mengkaji Alquran itu lalu terkejut dengan adanya pesan eksplisit di dalam al-Quran Surat Yunus ayat 90-92 yang artinya,
“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim (berserah diri). (Q.S Yunus ayat 90).”
“Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan, (Q.S Yunus 91).”
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami, (Q.S Yunus 92).”
Karya Bucaille Diterjemahkan H.M. Rasjidi
Hasil penelitian Bucaille ini kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Momies Des Pharaon; Investigations Medicales Modernes yang mengantarkannya pada penghargaan bidang sejarah dari Prix d’histoire Academie Nationale de Medecine, Prancis.
Bucaille juga menulis buku La Bible, le Coran et la Science (1976) yang menjadi best-seller internasional di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.
Di Indonesia, buku itu diterjemahkan oleh ahli filsafat Muhammadiyah alumni Sorbonne University, Dr. H.M Rasjidi dengan judul Bibel, Qur’an dan Sains Modern. Menurut Rasjidi, Bucaille heran dengan Alquran yang turun 14 abad lampau namun memuat soal-soal ilmiah yang baru diketahui manusia pada abad ke 19-20 sehingga Bucaille berkesimpulan bahwa Alquran adalah wahyu Illahi yang murni dan Nabi Muhammad Sallallahu Alahi Wasallam adalah Nabi terakhir.
Bucaille juga menulis buku bertema serupa seperti What is the Origin of Man? The Answers of Science and the Holy Scriptures (1984).
Maurice Benarkah Telah Mualaf?
Maurice Bucaille sendiri pernah hadir dalam Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tahun 1985. Kehadiran Bucaille sebagai tamu undangan dari luar negeri dicatat oleh Pusat Data dan Analisa TEMPO dalam Seri I: Muhammadiyah dan Perjalanan Bangsa (2019).
Terkait dugaan banyak pihak bahwa Bucaille telah menjadi mualaf dan masuk Islam tidak bisa dikonfirmasi. Bucaille sendiri tidak pernah menyatakan secara eksplisit memeluk Islam atau tetap menjadi Katolik kendati dirinya menulis buku La Bible, le Coran et la Science (1976) yang mengindikasikan bahwa beliau memiliki keimanan sebagai seorang muslim.
Penulis buku The Qur’an and the Bible in the Light of History and Science, Dr. William F. Campbell di sebuah forum tertanggal 15 Januari 1996 juga pernah menjawab rasa penasaran umat itu dengan jawaban,
“Fakta: Pria Muslim yang saya temui di Tunisia pada tahun 1977, dan yang memperkenalkan saya pada buku Bucaille, mengatakan kepada saya bahwa pada tahun 1976 Bucaille datang dan memberikan kuliah di Sousse, Tunisia. Setelah ceramah, teman saya pergi dan bertanya apakah Bucaille telah menjadi seorang Muslim. Bucaille menjawab, “Tidak.”
Fakta kedua: Pada kuliah umum di Fez Maroko pada tahun 1981 atau 1983, seorang teman saya bertanya selama sesi tanya jawab apakah Dr. Bucaille telah menjadi seorang Muslim. Sekali lagi Dr. Bucaille berkata, “Tidak.”
Saya mengirim Dr. Bucaille salinan buku saya dan saya menulis kepadanya tentang berbagai poin tiga kali, tetapi dia tidak pernah menjawab. Sebuah jurnal Katolik membuat ulasan positif tentang buku saya. Bucaille menanggapi tetapi komentarnya menunjukkan bahwa dia tidak membaca buku saya dengan cermat. Dalam satu contoh, kritiknya dijawab hanya beberapa halaman setelah halaman yang dia kutip.
Saya tidak tahu apakah dia telah menjadi seorang Muslim sejak 1981, tetapi saya meragukannya.”
Demikian jawaban Dr. William F. Campbell terkait klaim Keislaman Bucaille. Bucaille sendiri meninggal di Paris 16 Februari 1998 pada usia 77 tahun.
Penulis: Afandi
Editor: Fauzan AS