MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Untuk mencapai hasil strategi nasional penurunan stunting, maka hal yang sangat penting adalah komitmen dari semua lini dari tingkat pusat hingga tingkat desa, terlebih desa juga memegang peran yang sangat penting. Begitu dikatakan Tri Hastuti Nur Rochimah, Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam kegiatan Workshop Analisis Kebijakan dan Implementasi Program Penurunan Stunting, Selasa (7/6).
Tri melanjutkan bahwa dengan adanya SDG’S desa maka semua desa memiliki andil dalam penurunan stunting, belum lagi karena semua kementerian juga mempunyai program di tingkat desa, desa menurut Tri juga memiliki alokasi dana desa yang bisa digunakan untuk penurunan stunting.Tri melanjutkan bahwa isu stunting masih menjadi PR dibeberapa Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia.
Tri menyebut bahwa prevalensi stunting di Indonesia adalah sebesar 24.4% atau 5.33 juta balita berdasarkan SDGI pada tahun 2021. Sedangkan target penurunan stunting yang diharapkan pemerintah adalah di bawah 14% pada tahun 2024. Angka yang sangat tinggi ini tentu harus menjadi perhatian semua untuk bekerjasama menurunkannya.
Berbicara mengenai upaya penurunan stunting maka disebut Tri bahwa perubahan perilaku masyarakat adalah salah satu poin yang penting dan disini bisa menjadi peran kuat yang dilakukan ‘Aisyiyah. “Perubahan perilaku masyarakat membutuhan dukungan yang sangat kuat dari kita semua yang memiliki tangan dan komunitas di akar rumput seperti ‘Aisyiyah maka ‘Aisyiyah mempunyai peran penting untuk merubah perilaku terkait pemenuhan gizi di keluarga dan penurunan stunting.” jelas Tri.
Hingga saat ini ‘Aisyiyah disebut Tri memiliki enam strategi dalam upaya penurunan stunting yakni penguatan kepemimpinan perempuan, pemberdayaan di komunitas, pemenuhan akses layanan, pelibatan tokoh agama, dukungan keluarga, dan advokasi. Salah satu inisiatif yang sudah dilakukan ‘Aisyiyah di komunitas adalah pembentukan Rumah Gizi.
“Rumah Gizi adalah upaya mewujudkan peningkatan status gizi dan pencegahan stunting serta mengembangkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan berbasis komunitas,” ungkapnya.
Kerja-kerja ditingkat komunitas disebut Tri menjadi penting berdasarkan pembelajaran upaya penurunan stunting di beberapa negara, bahwa pendekatan komunitas dalam penurunan stunting menjadi penting apalagi di tengah masyarakat Indonesia yang bersifat komunal.