MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG—Sebagai manusia bertaqwa dan usaha memunculkan kepedulian sosial termasuk rasa empati, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Muhadjir Effendy sarankan agar dalam berdoa tidak hanya hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk kepentingan umum.
Langkah sederhana ini, kata Muhadjir, merupakan pembiasaan bagi muslim untuk memajukan dan memperbaiki masyarakat pra sejahtera. Sebagai seorang muslim tidak boleh egois, termasuk dalam berdoa meminta sesuatu kepada Allah SWT. Muslim yang bertaqwa harus senantiasa sadar akan realitas sosial sekitarnya.
“Sayangnya, kita kan lebih sering berdoa untuk diri sendiri. Jarang sekali kita memanjatkan doa untuk kebaikan bersama, memajukan masyarakat yang mungkin belum sejahtera,” katanya pada halalbihalal keluarga besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (8/5).
Pada kesempatan Hari Raya Idul Fitri yang dimaknai sebagai kembali fitrah atau suci – bersih, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI ini berujar bahwa, jika dalam keadaan suci – bersih, doa-doa yang dipanjatkan akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Terlebih doa untuk kepentingan umum. Memanjatkan doa bagi kepentingan umum dan kemanfaatan sosial merupakan anjuran dan perintah langsung dari Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 133-134. Dalam ayat tersebut disebutkan beberapa ciri orang yang bertaqwa, di antaranya adalah orang yang berinfak di waktu lapang dan sempit. Berinfak bagi muslim adalah perintah yang disebutkan oleh Allah SWT, perintah ini memiliki kaitan erat dengan pembangunan kesejahteraan manusia atau memiliki dampak kepada kebermanfaatan sosial secara luas.
Dari itu maka dapat ditarik pemahaman bahwa, ibadah yang diperintahkan oleh Allah tidak semata bermanfaat bagi individu, tapi juga masyarakat luas. Muhadjir juga membahas beberapa realita atau fenomena yang banyak terjadi di era digital sekarang, di antaranya tentang keburukan-keburukan yang semakin mendapat karena pemanfaatan media yang tidak tepat.
Perilaku nir-akhlak tersebut dieksploitasi oleh orang-orang untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Menurutnya, di era digital sekarang banyak masyarakat atau individu yang awalnya bukan siapa-siapa yang dengan sekejap menjadi sosok terkenal, bahkan dikagumi oleh publik akibat keberanian mereka melewati batas akhlak. Demi mengejar popularitas melalui viralitas, mereka tidak lagi mematuhi rambu-rambu akhlak.
Hits: 22