MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menerbitkan buku terbaru yang berjudul ‘Fatwa Ramadan’. Buku tersebut membahas pelbagai persoalan di bulan Ramadan dari masalah klasik yang masih diperdebatkan hingga masalah kontemporer yang belum banyak dibahas.
Pada awalnya, buku karya Syamsul ini diterbitkan secara berkala di kolom tanya jawab agama koran Republika tahun 2015. Dengan pertimbangan meraup pembaca yang lebih luas serta pembahasan yang lebih mendalam, Niki Alma Ferbriana Fauzi mengusulkan kepada Syamsul agar dikompilasikan menjadi sebuah buku utuh. Usulan tersebut akhirnya ditindaklanjuti dengan meminta izin pada pihak Republika agar kumpulan fatwa tersebut dibukukan.
Dalam acara bedah buku, Amin Abdullah selaku penanggap memberi komentar bahwa Syamsul Anwar adalah sosok teladan yang memiliki prinsip belajar seumur hidup. Darinya, persoalan ibadah di bulan Ramadan dikupas berdasar varian sumber yang kaya rujukan, yang tidak hanya dari al-Quran dan al-Sunah tetapi juga mengutip pandangan ulama klasik hingga kontemporer. Bahkan Amin Abdullah menyebut Syamsul Anwar sebagai “the new Ibn Rusyd”.
“Pak Syamsul ini orangnya tekun, istiqamah, itu ciri khas beliau. Selain itu beliau juga tawadhu’. Kemampuan bahasa beliau juga bagus, saya kira bahasa Arab dan Inggris beliau bagus sekali. Jadi, tulisan-tulisan maupun rujukannya menjadi kaya perspektif,” ungkap Amin pada Sabtu (28/03).
Secara keseluruhan buku ini dapat menambah khazanah sekaligus pegangan keagamaan di bulan Ramadan. Di dalamnya memuat isu misalnya bagaimana status puasa orang yang disuntik medis, apakah batal puasa orang dalam keadaan junub, dan apa kriteria puasa bagi seorang muslim yang tinggal di daerah yang dekat dengan kutub utara.
Akan tetapi, ungkap Amin, kekurangan buku kurang membahas fatwa-fatwa seputar Ramadan dalam keadaan Covid-19. Padahal bahasan ini cukup penting di tengah banyaknya kebingungan kaum muslimin akan badai wabah. Amin kemudian mengusulkan agar dicetakan kedua buku ini diperkaya dengan bahasan yang menyangkut penyelenggaraan ibadah di tengah pandemi sebagai penguat dari fatwa tarjih.
Sementara itu, Niki Alma Febriana Fauzi , selaku editor buku ini mengungkapkan bahwa bahasan di dalam karya Syamsul Anwar tersebut tidak hanya berisi pedoman praktis, namun juga menjelaskan aspek-aspek filosofis yang semakin memperkaya pengetahuan kita seputar ibadah di bulan suci Ramadan. Aspek filosofis ini akan sangat membantu dalam menjalankan ibadah puasa agar lebih bertenaga dan lebih berwawasan. Karenanya pembahasan di dalamnya akan selalu relevan dengan segala kondisi mengingat bulan Ramadan senantiasa hadir setiap tahun.
“Adanya pembahasan mengenai nilai-nilai dasar sebenarnya adalah upaya Prof Syamsul Anwar untuk mengisi kekosongan pembahasan seputar puasa yang selama ini luput dari perhatian. Selama ini buku-buku puasa hanya mengupas aspek praktis tentang bagaimana hukumnya, namun kadang melupakan nilai-nilai dasar yang sesungguhnya memayungi pedoman praktis tersebut,” jelas Niki.
Niki juga menambahkan bahwa meskipun buku fatwa seputar Ramadan ini ditulis oleh Prof Syamsul selaku ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, namun hal tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai Fatwa Majelis Tarjih. Kendati demikian, ungkap Niki, buku ini mengisi kekosongan persoalan ibadah puasa yang belum dibahas oleh Majelis Tarjih, sehingga dapat menjadi pedoman atau menambah cakrawala pengetahuan agama.
“Bagi saya ini lebih pas disebut sebagai fatwa personal dari seorang pakar hukum Islam. Karenanya tidak bisa buku ini disebut sebagai Fatwa Tarjih. Meski demikian, fatwa-fatwa Prof Syamsul ini justru menambahi apa yang belum dibahas oleh Majelis Tarjih,” tutur Niki.
Hits: 22