MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Bekerjasama dengan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menggelar Sosialisasi dan Peneguhan Materi Ketarjihan Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) seluruh Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan secara online ini berlangsung selama dua hari, Senin-Selasa (20-21/03).
Acara ini dilaksanakan karena tidak sedikit dosen AIK yang masih belum memahami argumentasi ragam putusan Muhammadiyah seperti jumlah rakaat salat tarawih, penggunaan wujudul hilal, dan masalah zakat fitri. Kegiatan ini akan fokus pada tiga aspek, yaitu: peneguhan materi Manhaj Tarjih Muhammadiyah, paham hisab Muhammadiyah, khususnya perubahan kriteria awal waktu subuh, penentuan awal bulan hijriah dan kalender hijriah global, serta beberapa problematika dalam tuntunan ibadah di bulan Ramadan.
Wakil Ketua DIktilitbang PP Muhammadiyah Moh. Mudzakkir dalam acara pembukaan mengajak dosen-dosen AIK untuk memahami, mengenalkan, dan menguatkan pemikiran-pemikiran keagamaan Muhammadiyah. Menurutnya, dosen AIK selain harus mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabidan kepada Masyarakat, juga mesti mengembangkan dan menguatkan AIK baik di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
“Selain Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen-dosen di lingkungan PTM juga perlu mengembangkan AIK. Maka kami memiliki mandat untuk menanamkan ideologi Muhammadiyah dalam rangka pembinaan dan penguatan AIK di lingkungan PTM di seluruh Indonesia. Dosen harus kuasai ini,” tegas Moh. Mudzakkir.
Sejalan dengan Moh. Muzakkir, Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhammad Abdul Fattah Santoso mengimbau seluruh peserta agar memanfaatkan forum ini sebaik mungkin. Ia khawatir bila dosen AIK belum memiliki bekal yang memadai tentang pokok-pokok pemikiran dari Manhaj Tarjih Muhammadiah. Menurutnya, Manhaj Tarjih merupakan unsur paling penting dalam pemikiran keagamaan Muhammadiyah sebab posisinya sebagai metodologi berijtihad.
“Manhaj Tarjih itu penting karena jadi metodologi ijtihad, baik untuk mengeluarkan fatwa atau putusan Persyarikatan. Ini penting mengapa salah satu identitas Muhammadiyah selain gerakan Islam dan amar maruf nahi munkar, ialah gerakan tajdid. Tajdid merupakan hal yang tidak bisa dihindari, maka ijtihad menjadi jalan yang pasti,” tegas Fattah.
Target dari kegiatan ini ialah para dosen AIK di PTMA mampu memahami Manhaj Tarjih secara memadai. Diharapkan mereka juga mampu memahami argumentasi syar’i, fikih dan astronomi tentang penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam penentuan awal bulan hijriah, perlunya gagasan penyatuan kalender hijriah global dan urgensi perubahan kriteria awal waktu subuh. Terakhir, diharapkan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang Putusan dan Fatwa Tarjih terkait masalah ibadah di bulan Ramadan.
Hits: 124