MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL – Pemandangan menarik nampak pada pembukaan Silaturahim Syawalan Keluarga Besar Muhammadiyah Kabupaten Bantul, Sabtu (5/6).
Tidak hanya gelaran musik keroncong, musik pop dan geguritan (sajak), lantunan salawat Nabi juga ditampilkan dengan kemasan gamelan dan karawitan.
“Semuanya sudah lengkap, menggambarkan bagaimana Muhammadiyah ini menjadi organisasi yang sangat dekat, sangat lekat dengan tradisi. Dan ini juga menggambarkan bagaimana Muhammadiyah itu sebagai sebuah gerakan yang dekat, memiliki kedekatan kultural dengan berbagai tradisi yang ada di sekitar kita,” kesan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Meskipun bukan hal baru dalam tradisi pembukaan Muhammadiyah, baik musyawarah hingga Muktamar, akomodasi kebudayaan seperti ini menurutnya perlu dirutinkan untuk menepis stereotip yang salah tentang Muhammadiyah.
“Selama ini ada yang mengkritik Muhammadiyah itu hanya kuat di olah pikirnya saja. Olah rasanya kurang. Tapi pada malam ini saya merasakan nuansa kultural yang begitu kuat dan menunjukkan betapa kuatnya Muhammadiyah dengan budaya luhur masyarakat Jawa,” terangnya.
Dari sisi agama, Muhammadiyah menurut Abdul Mu’ti berpandangan memubahkan pagelaran budaya sebagai hal yang positif karena membangun ikatan jiwa dengan masyarakat setempat.
“Karena merupakan mu’amalah duniawiyah maka bentuk-bentuk perayaan ini merupakan keleluasaan yang diberikan Allah kepada kita,” ungkapnya menyitir hadis Nabi riwayat Anas bin Malik yang berbunyi, “kalian lebih mengerti urusan dunia kalian.”
“Silaturahim halalbihalal ini merupakan satu bentuk inkulturasi Islam di mana ajaran Islam itu melembaga menjadi satu tradisi dan membentuk budaya baru yang tidak hanya dimiliki oleh umat Islam saja tapi menjadi milik bangsa Indonesia secara keseluruhan,” tutup Mu’ti.
Hits: 124