MUHAMMADIYAH.OR.ID, KUDUS — Jadikan Milad ke-109 Muhammadiyah sebagai kesempatan untuk merefleksi, mengevaluasi langkah yang selama ini dilakukan supaya selalu berada di dalam kerangka kebenaran. Serta menguatkan spirit yang diwariskan oleh tokoh pendahulu Muhammadiyah.
Sejak awal berdiri sampai lebih dari seabad ini, Muhammadiyah mencatatkan sejarah emas tentang usaha kemandirian berbangsa dan bernegara. Termasuk jejak perjuangan para tokoh pendahulu yang meletakkan dasar perjuangan Muhammadiyah membangun masyarakat utama.
“Tugas kita saat ini bagaimana melanjutkan kiprah Muhammadiyah membangun umat dan bangsa kedepan,” tutur dr. Agus Taufiqurrahman, Ketua PP Muhammadiyah pada (28/11) di acara Resepsi Milad ke-109 Muhammadiyah yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus.
Ketua yang membidangi kesehatan ini menegaskan bahwa, kepada pimpinan persyarikatan tidak boleh terlalu banyak membanggakan yang sudah dilakukan, tetapi harus menyusun rencana untuk memajukan umat di masa yang akan datang. Semangat tersebut linier dengan komitmen yang dimiliki oleh tokoh pendahulu Muhammadiyah.
Tokoh perintis Muhammadiyah juga mewarisi semangat kebersamaan, yang tercermin dalam kepemimpinan kolektif kolegial yang dianut oleh Muhammadiyah. Sinergitas yang dibangun oleh Muhammadiyah ini menegaskan bahwa, Muhammadiyah sebagai organisasi inklusif yang siap membangun kerjasama dengan banyak pihak terlebih dalam urusan kemanusiaan.
“Jangan sampai kita tidak membangun kerjasama dengan komponen-komponen bangsa,” tegasnya.
Selain itu yang tidak bisa dilepaskan dari perjuangan dakwah Muhammadiyah adalah spirit keteladanan. Menurut dr. Agus menegaskan bahwa, satu uswah/keteladanan dampaknya bisa lebih berpengaruh dari seribu khotbah. Metode dakwah seperti itulah yang melekat pada sosok Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
Hal itu tercermin jernih pada sosok Kiai Dahlan ketika melelang semua harta-benda yang ada di rumahnya untuk keperluan mengaji guru-guru ngaji Muhammadiyah. Semangat ini ditegaskan oleh Kiai Dahlan dalam pesannya kepada para santri untuk tidak perlu berteriak siap memberikan nyawa kepada Muhammadiyah, sebab nyawa sudah ada jatahnya, tapi yang harus siap dikorbankan adalah harta-benda yang dimiliki.
“Maka di Muhammadiyah keteladanan itu penting. Inilah warisan perjuangan yang sebagian memahami wajar, sampai 109 tahun Muhammadiyah diberi anugerah oleh Allah bisa berjalan sampai saat ini,” imbuhnya.
Hits: 46