MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO—Menurut Haedar Nashir, jalan memajukkan Indonesia adalah melalui agama dan kebudayaan yang adaptif dengan kemajuan. Bukan agama dan kebudayaan yang mengajarkan konservatisisme dan kejumudan.
Menurutnya, bangsa Indonesia di sisi lain harus dijauhkan dari agama dan kebudayaan yang mengembangkan aroma permusuhan, pertentangan, dan konflik yang akhirnya menjadikan bangsa ini tidak produktif.
“Dan tentu agama dan kebudayaan yang mampu melakukan kritik terhadap dirinya, mana yang autentik dan mana yang tidak. Karena sering atas nama budaya lalu kita bersembunyi, yang oleh WS Rendra disebut sebagai budaya kasur tua,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah ini pada (12/1).
Haedar menjelaskan, budaya kasur tua yang dimaksud adalah budaya yang tertinggal dan membelengu. Namun dalam memberikan kritik terhadap budaya, menurut Haedar juga harus dilakukan dengan seimbang. Tidak kritik yang bersifat puritan dan tidak menghargai budaya.
“Sehingga kemudian Islam sebagai dinnul hadarah (agama yang membawa peradaban maju),” ucap Haedar
Selain itu, yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa Indonesia adalah pemerintah yang birokrasinya adaptif dan pro kemajuan. Haedar menegaskan, jangan sampai birokrasi menjadi birokratisme atau birokrat yang mengabdi hanya kepada kepentingan dirinya. Sehingga tidak menjadikan kemajuan di masyarakat.
Karena kehadiran pemerintah adalah untuk menjalankan perintah konstitusi, jika perintah tersebut bisa dijalankan dengan baik sampai pada tingkat pemerintah daerah, dan didukung demokrasi langsung seperti sekarang ini, maka akan menciptakan kolaborasi yang bagus antara semua pihak yang menginginkan kemajuan.
“Sebab tangan Muhammadiyah itu terbatas, yang punya kekuasaan dan anggaran Negara itu pemerintah. Karena itu setiap birokrat dan pegawai di pemerintahan betul-betul mengoptimalkan birokrasi untuk kemajuan rakyatnya, untuk kemajuan masyarakatnya. Saya pikir Muhammadiyah akan berdiri di garis depan untuk bekerjasama,” tuturnya
Hits: 2