MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYKARTA– Milenial perlu diberikan kesadaran tentang pemberdayaan, karena gejolak dan polemik kebangsaan yang merundung Indonesia saat ini berdampak luar biasa kepada kelompok rentan, marjinal atau mustadh’afin.
Idealisme dan nalar kritis pada diri anak muda harus senantiasa dipupuk dan ditumbuh-kembangkan. Hal ini dimaksudkan supaya generasi muda bisa melihat persoalan secara obyektif dan berkaca mata tajam.
Menurut M Nurul Yamien, Ketua MPM PP Muhammadiyah, ditengah wabah pandemi covid-19 yang melumpuhkan banyak sektor, kader-kader pemberdayaan harus senantiasa aktif dalam membangun kesadaran publik untuk mengatasi masalah ini.
Sementara dalam bidang politik, Indonesia juga tidak bisa dikatakan berada pada posisi baik-baik saja. Karena kekuasaan yang menumpuk hanya di satu pihak, dan tanpa kontrol dari civil society akan berakibat pada kekuasaan yang dominan, dan mengancam kebebasan.
“Kita berharap pada pilar keempat demokrasi, medi masa. Tetapi kita juga harus memahami kehidupan media masa di Indonesia, sebagai pilar demokrasi masih penuh dengan tanda tanya,” kata Yamien pada (10/1)
Menuru Dosen Pascasarjana UMY ini, media masa sebagai pilar demokrasi harusnya bisa menjadi harapan dalam mengontrol dan mengawasi pihak penguasa. Namun, kata Yamien, melihat realitas media masa Indonesia saat ini, harapan tersebut sepertinya tidak berlaku lagi.
Karenanya peran masyarakat sipil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia sangat dibutuhkan. Sebagai kekuatan kontrol, masyarakat sipil terlebih kaum muda diharapkan tetap memiliki nalar kritis dan pandangan obyektik dalam melihat permasalahan Indonesia.
“Dalam konteks ini generasi milenial, terlebih kader Muhammadiyah menjadi salah satu pilar kekuatan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Khususnya ketika bangsa ini mengalami beragam problema,” imbuhnya