MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Wasan global telah terbangun lama dalam tubuh Muhammadiyah, meski pesan kuat atau fokus internasionalisasi Muhammadiyah baru di konstruksi/dilembagakan dalam ajang rapat tertinggi organisasi yakni pada Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar tahun 2015.
Selain melalui pendirian Bagian Penolong Haji dan membangun pelayaran sendiri bagi jamaah haji di masa sebelum kemerdekaan, yang artinya menghubungkan Muhammadiyah dengan dunia internasional, wawasan global sebagai milestone internasionalisasi Muhammadiyah di antaranya juga ditancapkan oleh Prof. Mayjen K.H. Farid Ma’ruf, Wakil Ketua Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah 1939.
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, sekaligus Pengelola Museum Muhammadiyah, Wiwied Widyastuti pada, Senin (21/3) di acara Kapita Selekta Dakwah yang diadakan Ponpes Budi Mulia, Yogyakarta, menuturkan, masa muda Farid Ma’ruf dipenuhi dengan lawatan-lawatan ke luar negeri, yang kebanyakan bermotif pendidikan.
Sekurangnya ada 18 negara yang sudah dikunjungi oleh Farid Maruf, termasuk Kota Mekkah di Saudi Arabia bersama dengan Mohammad Hatta, dan Vatikan yang ia kunjungi bersama Roeslan Abdulgani pada tahun. Lawatan di Benua Biru, Eropa selain ke Vatikan pria kelahiran Kauman 1908 ini juga berkunjungan ke Italia, Yugoslavia, Hungaria, dan Uni Soviet.
“Ketika beliau pulang dari Al Azhar, Mesir beliau juga mengabdi di lembaga pendidikan Muhammadiyah, yang dalam hal ini adalah Mu’allimin, Yogyakarta,” tutur Wiwied.
Selain motif pendidikan, lawatannya ke berbagai Negara juga representasi sebagai tokoh Islam dan politikus. Di antara lawatanya ke berbagai Negara, ada momen penting yaitu ketika melawat ke Pakistan. Di sana Farid Ma’ruf bertemu dengan tokoh pembaruan sekaligus gerakan Islam dunia, yaitu Sir Muhammad Iqbal. Pertemuan ini memberi pesan penting pada Farid Ma’ruf, yakni tentang gerakan Islam di Indonesia yang menempati posisi penting di Dunia Islam.
Bahkan, imbuh Wiwied, Sir Muhammad Iqbal menitipkan pesan khusus kepada Farid Ma’ruf untuk muslim di Indonesia.
“….. Janganlah dilupakan bahwa kaum muslimin se dunia memikul tugas suci, yaitu untuk mempersatukan tidak hanya semua suku dan bangsa, tetapi juga segala macam agama yang dianut manusia. agama Islam tidak akan memberikan tujuan hidup lain, karena Islam itu sendiri adalah tujuan hidup.”
Dalam pesan tersebut juga disebutkan supaya muslimin Indonesia tetap teguh memegang Kitab Suci Al Qur’an dan menjalankan hidup liner dengan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW. Pesan-pesan yang disampaikan ini memiliki kesamaan dengan pesan yang disampaikan oleh Iqbal kepada muslimin Mesir yang juga dirundung masalah kolonialisme Barat.