MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Perbedaan di dalam tubuh umat Islam sangat mungkin menyebabkan perpecahan, apalagi perbedaan yang melintas batas. Maka diharapkan dalam konteks perbedaan ini, harus diletakkan sesuai dengan proporsinya.
Belakangan dengan gaduhnya media sosial akibat perbedaan penetapan Idulfitri, kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir disebabkan tidak proporsional bangsa dan umat meletakkan perbedaan.
Dalam hematnya, umat Islam sudah terbiasa dengan perbedaan. Untuk itu, dia mengajak atas segala praktik ibadah dan dalam urusan apapun supaya dilarikan ke sumber utama, yaitu iman. Jauh dari sumber utama inilah menurutnya yang terjadi pada belakangan ini.
“Bukan karena perbedaannya, tetapi sikap menghadapi perbedaan itu tidak punya landasan kokoh pada iman.” Kata Haedar Nashir pada, Sabtu (29/4) di acara Syawalan Keluarga Besar UAD di Masjid Islamic Center UAD.
Oleh karena itu, dalam situasi dan kondisi yang majemuk Haedar Nashir mengajak Umat Islam untuk memperkaya khazanah keimanan. Sebab iman memiliki dimensi yang mendalam dan luas. Dengan demikian, ibadah yang dijalankan bukan hanya sebagai rutinitas, melainkan juga diperlukan penghayatan.
Beribadah yang dibarengi dengan penghayatan atas nilai-nilai keimanan, imbuhnya, akan melahirkan ibadah yang transformatif. Penghayatan inilah yang membedakan hasil antara satu muslim dengan muslim yang lain dari ibadah puasa selama Bulan Ramadan dan ibadah-ibadah yang lain.
“Tapi persoalannya puasa itu meningkatkan kualitas keimanan, spiritual, dan amaliah kita ini tergantung pada kita. Itu yang disebut sebagai transformasi ibadah,” tambah Haedar.
Hits: 999