MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Bangsa Indonesia punya potensi yang luarbiasa tidak hanya pada sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusia. Dalam parameter tertentu harus tetap bekerja optimal dan kompetisi yang lebih baik. Pasalnya, tingkat human development index Indonesia di tingkat ASEAN berada di urutan ketujuh.
“Posisi ini menjadi salah satu tolak ukur kita bahwa kita masih harus berbenah. Indonesia masih harus berpacu dengan bangsa lain agar daya saing kita, khususnya di bidang pendidikan, itu tidak cukup dengan langkah-langkah biasa,” kata Haedar Nashir dalam sambutan prosesi wisuda di UMS pada Kamis (08/04).
Haedar mengungkapkan dalam meningkatkan mutu human development index perlu ada terobosan-terobosan segar dan berkelanjutan. Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini optimis, pemerintah dan kekuatan sipil lainnya akan mampu menciptakan gagasan yang mampu memajukan mutu pendidikan nasional.
“Program ini membutuhkan kesadaran kolektif kita bersama, di samping kesadaran politik dari pemerintahan, secara khusus bagi kita Muhammadiyah dan kekuatan masyarakat, bagaimana kita mengakselerasi langkah-langkah dan kebijakan pendidikan kita itu agar mampu melakukan lompatan yang lebih dinamis lagi untuk menghadirkan perguruan tinggi kita sebagai pusat keunggulan,” ungkap Haedar.
Muhammadiyah dengan segenap potensi yang dimiliki akan tetap konsisten berusaha semaksimal mungkin mewujudkan misi mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, setidaknya ada dua hal yang menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini harus diperhatikan yaitu: pertama, menggerakan budaya mencintai ilmu.
“Bisa jadi kultur kita tidak kompatibel menjadi negara maju, menguasai IPTEK, dan lain sebagainya, karena boleh jadi nalar kita masih nalar komunalitas, irrasionalitas, termasuk ketika kita menghadapi pandemi,” tutur Haedar.
Ketika Indonesia telah memutuskan untuk maju menjadi negara yang berdaya saing, maka sudah sepantasnya membangun budaya ilmu baik di tingkat pejabat maupun masyarakat yang lebih luas. Budaya ilmu akan menunjang kemajuan bangsa dan berdaya saing dengan negara lain.
Kedua, membangun proyeksi bercorak keilmuan.
Haedar berpesan kepada seluruh masyarakat, termasuk para pejabat, agar tidak terus-terusan melontarkan pernyataan yang artifisial dan kontraproduktif. Ungkapan yang hanya melahirkan pro-kontra ini boleh jadi karena adanya proyeksi tanpa berlatar ilmu dan ide-ide kokoh.
“Saya pikir sudah saatnyalah berhentii, termasuk para pejabat, selalu melontarkan isu-isu yang kontraproduktif, artifisial, yang akhirnya menimbulkan pro dan kontra terus menerus. Bisa jadi ini karena tidak adanya rancangan proyeksi berbasis keilmuan dan ide-ide besar,” imbuh Haedar.