MUHAMMADIYAH.OR.ID, LUMAJANG – Selain aktif mencari korban jiwa Erupsi Semeru yang belum ditemukan, relawan SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia (SARMMI) juga membantu warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro. Lumajang. Menyelamatkan perabotan rumahnya.
Proses pengerjaan tidak dilakukan SARMMI sendiri. SARMMI bekerja sama bersama relawan dari Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta, Mapsa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Mapala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Saptapala Jakarta, Onsight Foundation Solo, serta Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).
Saat Gunung Semeru erupsi beberapa saat lalu, desa Curah Kobokan dijatuhi lumpur tebal yang lengket. Lumpur maut ini merupakan hasil kombinasi dari debu erupasi yang jatuh bersamaan dengan air hujan yang turun dengan intensitas tinggi.
Akibatnya, atap rumah warga yang terbuat dari asbes langsung jebol. Hal itu membuat perabotan rumah warga seperti kasur, spring bed, lemari, kulkas, televisi dan sofa, seolah dibungkus lumpur tebal. Tetapi beberapa perabotan masih bisa dipakai.
“Kami bantu warga mengeluarkan perabotan rumahnya. Perabotan yang masih bisa diselamatkan kami antar ke tempat yang punya rumah mengungsi,” demikian kata ketua tim Operasi SARMMI untuk erupsi Semeru, Zeni Nurhidayah Rizkia saat berada di desa Curah Kobokan, Jumat pagi (10/12).
Zeni yang merupakan anggota Mapala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lebih jauh menjelaskan, bagi warga desa Curah Kobokan yang minta dibantu mengeluarkan perabotan rumahnya, harus dapat menunjukkan identitas yang membuktikan dia benar-benar pemilik rumah.
Setelah itu, Zeni melakukan verifikasi ke aparat desa, atau ke beberapa orang warga desa Curah Kobokan. Hanya yang lolos verifikasi yang dibantu.
Prosedur ketat diberlakukan adalah untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki. Misalnya ada orang yang mengaku pemilik rumah, padahal bukan.
“Ada warga yang permintaannya tidak kami penuhi, karena saya ragu terhadap validitas data dan informasi yang dia sodorkan,” terang Zeni.
Sementara bagi warga yang terbukti adalah pemilik rumah yang sah dan valid, Zeni dan relawan yang ia pimpin langsung bergerak mengeluarkan perabot rumah. Untuk memudahkan pengerjaan, lumpur yang membungkus perabotan dibersihkan terlebih dulu menggunakan scrap, cangkul mini dan peralatan lain.
Selama pengerjaan, pemilik rumah wajib datang dan membantu. Tetangga atau saudara pemilik rumah juga harus ikut menyaksikan.
Proses pengerjaan direkam video dan difoto dari berbagai sudut. Setelah semua perabotan dimuat di pick up L300 SARMMI, pemilik rumah juga wajib ikut mengantar perabotan ke tempat tujuan.
Prosedur ketat yang diberlakukan Zeni, rupanya didukung warga Desa Curah Kobokan. “Prosedur ketat menunjukkan relawan bekerja profesional membantu warga. Tidak asal-asal. Kami juga tak mau kebaikan relawan dimanfaatkan oleh penjarah,” tutur salah satu warga.
Meski permintaan warga cukup banyak, tetapi para relawan hanya mengerjakan tiga rumah setiap hari. Pembatasan dilakukan, karena sesuai aturan pada bencana erupsi Semeru kali ini, relawan dan warga hanya boleh berada di desa maksimal jam 12 siang. Relawan dan warga desa juga harus keluar area bila tiba-tiba ada peningkatan aktivitas gunung Semeru.
Hits: 4