MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO – Berdasarkan teori normatif, media massa idealnya memikul empat fungsi dasar, yaitu penyedia informasi, pendidikan, perekat sosial/kontrol sosial dan fungsi hiburan/kebudayaan. Meskipun idealnya memegang empat fungsi di atas, namun kenyataannya media massa tidak menjalankan perannya secara baik, apalagi dalam fungsi pendidikan dan perekat sosial dalam konteks moderasi.
“Kalau dalam konteks moderasi sesuai perspektif Undang-Undang Penyiaran No.32 tahun 2002, mestinya informasi dalam persepktif moderasi adalah adil dan berimbang. Kalau dalam teori normatifnya ada cover both side. Selama ini kita lihat fungsi-fungsi ini belum dijalankan,” ungkap Direktur Tv Muhammadiyah (TvMu), Makroen Sanjaya.
Dalam forum Seminar Pra Muktamar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jumat (1/7), dia menyebut bahwa kecenderungan ini adalah yang paling umum terjadi dan hampir merata di semua media massa. Jika ada pejabat publik atau tokoh publik yang tak sengaja mengeluarkan pernyataan kontroversial, media massa menurutnya lebih banyak mengkapitalisasi pernyataan itu untuk keuntungan perusahaan dibandingkan mendidik masyarakat.
“Sehingga itu jadi ramai, nah media massa tidak melakukan moderasi itu, tapi justru mengadu domba, terutama di media sosial. Padahal harusnya media itu memoderasi, menengahi, memberi pencerahan. Namun itu tidak dilakukan,” ujarnya.
Keadaan seperti ini menurutnya juga diperparah dengan adanya buzzer dari kedua belah pihak di media sosial yang membuat suasana semakin panas dan menjadikan kultur kapitalisasi isu sensasional yang tidak etis itu seakan lumrah. Sebagai praktisi media televisi dari tahun 1996, Makroen yang telah mengelola TvMu selama 1,5 tahun itu berharap media massa sadar pada jati diri dan fungsinya dan menjalankan sikap moderat, objektif, dan tidak eksploitatif terhadap isu-isu yang tidak substansial.
Selain itu, media massa diharapkan menjadi perekat sosial yang netral, yang dengan itu diharapkan persatuan umat dan bangsa Indonesia semakin kokoh. “Dalam fungsi pendidikan, media seharusnya meghilangkan sikap ekstrimitas berlebih-lebihan,” ujarnya. (afn)