MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam sebuah organisasi seluruh keputusan harus melalui rapat, meski posisi rapat dalam Muhammadiyah itu penting, akan tetapi bagi para penggerak Persyarikatan Muhammadiyah supaya jangan menjadikan rapat sebagai hobi.
Lebih-lebih menganggap rapat dianggap sebagai sebuah prestasi, menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir itu kurang tepat. Yang tepat menurutnya rapat di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah harus melahirkan produktifitas.
Dalam Resepsi Milad ke-106 ‘Aisyiyah pada, Jumat (19/5) di Umiversitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Haedar mengatakan supaya maindset rapat lebih penting dari bergerak harus diubah. Bahkan dalam pemahaman rapat ini menurutnya perlu dilakukan tajdid atau pembaruan pemahaman.
Dalam hematnya, gerakan yang dilakukan oleh organisasi perempuan masa kini harus melakukan tajdid, karena mengingat masih terdapat banyak tantangan salah satunya adalah diskriminasi dan marginalisasi. Dalam konteks Indonesia, kesetaraan masih berada pada ranah kebijakan dan belum sampai pada implementasi.
Pemikiran tajdid menurutnya harus menjadi state of mind dan diimplementasikan menjadi gerakan. Dia menambahkan gerakan inklusif yang dimiliki ‘Aisyiyah sejak awal harus dilestarikan, bahwa gerakan organisasi ini bermanfaat bagi semuanya tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.
Pasalnya, di era globalisasi dan modernisasi sekarang masyarakat semakin terfragmentasi yang memunculkan kesadaran-kesadaran lokal. Kencenderungan tersebut melahirkan ketegangan antara lokal tertentu dengan yang lain dan saling diperhadapkan.
Melalui Risalah Perempuan Berkemajuan diharapkan ‘Aisyiyah hadir di garda terdepan, praksis sosial dan pemberdayaan yang telah dilakukan oleh ‘Aisyiyah sampai pada level daerah dan desa-desa harus terus dikapitalisasi untuk menyelesaikan dan mencari solusi kesenjangan.
“Maka kami memberikan penghargaan tinggi kepada kader-kader ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah di bawah di pelosok-pelosok terjauh, yang hadir dengan ketulusan dan pengkhidmatan di tengah segala keterbatasan dari Aceh sampai Papua, dan seluruh kawasan. Banyak tempat-tempat di mana kader-kader, anggota Muhammadiyah-‘Aisyiyah yang berkhidmat untuk bangsa dengan ketulusan dan disitulah.” Ungkapnya.
Di sisi lain, bagi penggerak Persyarikatan di pusat yang diberikan kemudahan supaya tidak terninabobo oleh segala kemudahan. Melainkan kemudahan yang didapatkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengubah keadaan umat, rakyat dan bangsa secara terus menerus, sehingga mereka menjadi termulia kan baik dalam sistem budaya dan relasi sosial.
Hits: 54