MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOOGYAKARTA—Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta Aly Aulia menyebut bahwa madrasah berada di tengah-tengah antara pesantren dan sekolah Islam. Namun, di sisi lain, madrasah sering mendapatkan stigma sebagai penghambat kemajuan Islam. Dalam perkembangannya, madrasah memiliki tantangan perkembangan global dan teknologi.
Dalam acara Webinar yang digelar oleh Maarif Institute dan Institut Leimena pada Sabtu (28/8) ini, Aly juga menuturkan bahwa madrasah harus menghasilkan lulusan yang tidak hanya pintar dalam agama, namun juga pintar dalam mendakwahkan agama dan memberikan kemaslahatan di tengah masyarakat.
“Madrasah memiliki peran yang harus direaktualisasikan. Madrasah mampu merealisasikan pembaharuan sistem pendidikan Islam. Madrasah juga harus menjembatani sistem pendidikan. Dengan kaidah menjaga tradisi yang baik sekaligus mengambil kemajuan yang lebih baik. Ini adalah salah satu prinsip pengelolaan madrasah,” ujar Aly.
Ada tiga aspek penting dalam madrasah. Pertama, imbuh Aly, internalisasi nilai untuk menjadi manusia yang baik. Setelah itu, santri menjadi sejahtera dan mensejahterakan orang lain. Kedua, integrasi keilmuan. Menurut Aly, di madrasah tidak hanya dipelajari ilmu-ilmu agama, namun juga ilmu-ilmu umum. Ketiga, basis kemasyarakatan. Belajar tidak hanya di kelas, melainkan di masyarakat untuk berkiprah serta berinterkai dengan keragaman, baik agama maupun status sosial yang ada di masyarakat.
Menurut Aly Aulia ada empat kontribusi madrasah dalam membangun hidup harmonis: (1) pendidikan untuk mengenal diri sebagai landasan mengembangkan sikap rendah hati dan tidak sombong; (2) pendidikan untuk memahami alam secara intelektif dan emotif sebagai sikap syukur kepada Tuhan; (3) memanfaatkan sumberdaya alam tanpa merusaknya; dan (4) menanamkan rasa persaudaraan terhadap berbagai jenis lingkungan sosial.
Hits: 43