Manusia yang merdeka adalah mereka yang terbebas dari hawa nafsu duniawi. Dalam surah An-Nazi’at ayat 40-41, Allah menyatakan bahwa orang yang takut akan kebesaran-Nya dan menahan diri dari hawa nafsunya akan memperoleh surga sebagai tempat tinggal. Pesan ini menggarisbawahi bahwa kebebasan sejati datang dari kemampuan untuk mengendalikan keinginan duniawi dan menempatkan ketakwaan di atas segalanya.
Sebaliknya, mereka yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya adalah orang-orang yang terjajah oleh nafsu tersebut. Dalam surah Al-Jatsiyah ayat 23, Allah menggambarkan orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan mereka. Allah membiarkan mereka tersesat, menutup pendengaran dan hati mereka, serta meletakkan tutupan atas penglihatan mereka. Akibatnya, mereka tidak bisa lagi menerima petunjuk dan terus hidup dalam kesesatan.
Contoh nyata dari manusia yang terjajah oleh hawa nafsu dapat dilihat pada para koruptor yang diperbudak oleh keserakahan dan ketamakan. Para penjudi yang tidak mampu mengendalikan kecanduannya juga merupakan contoh lain dari manusia yang tidak bebas. Demikian pula, para pelaku maksiat yang terus-menerus terperangkap dalam dosa dan kesesatan tidak pernah merasakan kebebasan sejati.
Perang melawan musuh memang tugas yang berat, tetapi perang melawan hawa nafsu adalah tugas yang lebih berat karena melawan diri sendiri. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang dapat menahan nafsunya ketika marah. Ini menunjukkan bahwa pengendalian diri adalah bentuk kekuatan yang sejati.
Taat kepada Allah merupakan satu cara agar menjadi manusia yang bebas. Dalam surah An-Nur ayat 52, Allah berfirman bahwa orang yang taat kepada-Nya dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, dan bertakwa kepada-Nya adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Ketakwaan dan ketaatan kepada Allah memberikan kebebasan dari belenggu hawa nafsu dan dosa.
Allah juga memerintahkan agar tidak melakukan korupsi. Dalam surah Al-Baqarah ayat 188, Allah melarang kita memakan harta sesama dengan cara yang batil dan membawa urusan harta itu kepada hakim untuk memakan harta orang lain dengan cara berdosa. Larangan ini menunjukkan bahwa integritas dan kejujuran adalah jalan menuju kebebasan sejati.
Selain itu, Allah melarang perbuatan maksiat dan berjudi. Dalam surah Al-Maidah ayat 90, Allah menyebutkan bahwa khamr (minuman keras), berjudi, berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan yang harus dijauhi agar kita dapat memperoleh keberuntungan. Jauhnya dari maksiat dan perjudian adalah langkah penting dalam mencapai kebebasan dari penjajahan nafsu.
Aturan-aturan yang Allah berikan bagi manusia bukan untuk membebani kehidupan, tetapi justru untuk membebaskan kita dari segala bentuk penjajahan nafsu dan syetan. Dengan mengikuti petunjuk Allah, kita akan merasakan kebebasan yang sesungguhnya, kebebasan dari belenggu hawa nafsu dan dosa.
Marilah kita berusaha menjadi hamba yang merdeka dengan taat kepada Allah SWT. Semoga kita semua senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah untuk melawan hawa nafsu dan menjadi hamba yang taat dan merdeka.