MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut, tugas lain yang sudah menunggu Muhammadiyah di masa kini dan mendatang adalah melahirkan kader wirausahawan sebagai langkah taktis menaikkan kelas ekonomi Umat Islam.
Guru Besar Sosiologi ini mengungkapkan, saat ini khususnya di Indonesia meski jumlahnya banyak namun kelas ekonomi Umat Islam masih berada dilevel menengah atau kebawah. Ranah gerak ekonomi dan bisnis yang ditempuh oleh Muhammadiyah ini juga sebagai azam Muhammadiyah dan penguatan pilar ketiga dari Keputusan Muktamar ke-47 di Makassar.
Pada kesempatan ini Haedar juga memberikan catatan menarik, menurutnya tanda kelas ekonomi Umat Islam naik dan tanda organisasi maju adalah yang tidak lagi menyebarkan proposal sumbangan, dan tidak lagi memakai jaring meminta bantuan untuk pembangunan.
Catatan menarik ini disampaikannya pada, Senin (7/3) di acara Kick Off Pembangunan SM Tower di Kota Yogyakarta. Pada kesempatan ini Haedar juga mengapresiasi perkembangan lini ekonomi dan bisnis yang dilakukan oleh Muhammadiyah serta Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan.
Menurutnya, jika ingin memajukan suatu bangsa tidak boleh mengesampingkan bidang ekonomi. Sebab ekonomi juga memiliki pengaruh pada kebijakan politik dan sikap beragama. Namun demikian dirinya juga mengakui posisi ekonomi umat Islam masih di kelas menengah dan kebawah. Padahal di Islam diajarkan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.
“Muhammadiyah dan umat Islam itu ukurannya maju jika sudah berhenti menyebarkan proposal ketika ingin bangun masjid, dan ketika ingin bangun apa yang lain. Ada proposal yang setara itu lain, proposal yang setara itu kerjasama. Dan itu kerjasama yang sifatnya saling menguntungkan,” tutur Haedar.
“Apalagi kalau kita membangun masih membawa jaring di jalan itu belum maju sama sekali. Itu baik tapi era kedepan harus kita mulai dengan kekuatan sendiri, Alhamudlillah amal-amal usaha kita ini memulai dengan seperti itu,” sambungnya.
Pengembangan usaha ekonomi dan bisnis, kata Haedar, merupakan pilar ketiga yang disepakati pada Muktamar ke-46 di Makassar. Pilar ketiga ini sekaligus dimaksudkan untuk mengkapitalisasi sumber daya yang dimiliki oleh Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Muhammadiyah mencoba mengkapitalisasi basis jamaah ini dengan kekuatan produktif, yakni dengan kekuatan ekonomi jamaah,” imbuhnya.
Haedar menegaskan bahwa pembangunan ekonomi dan bisnis yang dilakukan oleh Muhammadiyah bukan murni business to business, melainkan tetap bisnis yang tidak bisa dilepaskan dari fungsi sosial Muhammadiyah, atau ekonomi dan bisnis dengan basic semangat Al Ma’un sebagaimana telah dipatri oleh KH. Ahmad Dahlan.
“Kami yakin kalau kita ikhlas, kita gigih untuk memperjuangkan sesuatu yang luhur dan percaya pada berkah Allah, rizki itu akan dimudahkan Allah,” ucap Haedar.