MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Agenda mewujudkan persatuan umat bisa dilakukan dalam banyak hal, salah satunya melalui penyatuan kalender Islam.
Menyadari hal itu, Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Islam mulai serius menggarap agenda penyatuan kalender Islam.
“Sekarang sedang menyusun naskah akademis, mudah-mudahan ada jalannya,” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Agus Salim, Kamis (17/12).
Dalam agenda Dialog Isu-Isu Kebimasislaman di Hotel Aston Kartika, Agus Salim menyampaikan bahwa naskah akademik yang sedang digarap melibatkan pembahas dari anggota Komisi Fatwa MUI, pakar falak UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Planetarium Jakarta, Peradilan Agama, BMKG, Lajnah Falakiyah, LAPAN hingga berbagai ormas keagamaan termasuk Muhammadiyah.
Ide pembahasan sendiri menurutnya sudah dimulai sejak 2019 ketika Menteri Agama RI masih dijabat oleh Lukman Hakim Saifudin saat bertandang ke kantor MUI Pusat pada bulan Mei.
Gagasan Kalender Islam Global Muhammadiyah
Bagi Muhammadiyah sendiri, gagasan unifikasi kalender global bukanlah hal baru. Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar bahkan secara khusus mengamanatkan diwujudkannya kalender Islam dalam skala global sebagai usaha persatuan umat.
Sejak Muktamar usai, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mulai tancap gas. Hampir setiap tahun, konsolidasi Paham Hisab Muhammadiyah dengan Kalender Islam Global sebagai fokus bahasan utama dilakukan.
Pada 2018 hingga 2019, Majelis Tarjih dan Tajdid mulai menggelar pendalaman dengan berbagai ormas Islam untuk membahas unifikasi kalender Islam yang sebagai hasilnya, Kalender Hijriah Global 1442 H Muhammadiyah berhasil disusun menggunakan Kriteria Istambul.
Meski baru sebatas usulan, Kalender Hijriah Global 1442 H tersebut belum ditetapkan sebagai kalender resmi Muhammadiyah. Kalender yang berlaku di Muhammadiyah masih kalender Hijriah berdasarkan kriteria hisab hakiki wujudul hilal.
Jalan mengajak umat untuk bersatu melakukan konsensus kalender Hijriyah yang satu memang bukan perkara mudah, akan tetapi dengan bergeraknya Kemenag di sisi lain, maka cita-cita Muktamar dan usaha yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah akan semakin mudah terwujud. (afn)