MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Manusia sebagai makhluk spiritual yang kemudian dalam perjalanan hidupnya terjerat dengan berbagai macam materialistik, maka Puasa Ramadan merupakan mekanisme Allah melepaskan kaum muslim dari jeratan-jeratan tersebut.
Demikian disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal pada, Kamis (23/3) di acara Tarhib Ramadan 1444 H yang diselenggarakan oleh Institut Tabligh Muhammadiyah.
Menurutnya, dimensi spiritual dan material pada diri seorang muslim harus diseimbangkan. Tidaklah salah mencari materi, akan tetapi juga tidak boleh dengan serta-merta melupakan kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan di akhirat nanti.
“Maka ketika Allah menghadirkan Ramadan di tengah-tengah kita dengan mewajibkan ibadah puasa kepada kita semua orang-orang beriman, puasa menjadi mekanisme ilahiah agar kita sebagai manusia yang terlarut dan terjerat dengan persoalan materialistik, agar kita segera menemukan kembali fitrah kesucian kita.” Ungkap Fathurrahman Kamal.
Penajaman spiritualitas kaum muslim melalui Puasa Ramadan, imbuhnya, dapat digunakan sebagai pijakan dalam mengarungi era disrupsi, di mana manusia secara umum mengalami kesulitan membedakan yang hakiki dengan yang fanah.
Selain itu, di era sekarang juga berdampak pada hilangnya simpati dan empati manusia satu kepada yang lain. Kepedulian terhadap kesulitan orang lain telah lenyap. Dia khawatir jika hal itu terus berlarut akan berdampak pada keroposnya pondasi spiritualitas manusia.
“Puasa Ramadan dihadirkan Allah kepada kita agar kita tidak terlalu terjebak dan terlarut di dalam dunia yang serba maya, dunia yang serba materi,” imbuhnya.
Mengutip pendapat ulama, Fathur mengatakan bahwa, ketika manusia meninggalkan cinta yang berlebihan kepada materi, maka saat itu mereka akan dinaikkan martabat spiritualnya. Oleh karena itu, Puasa Ramadan juga bagian dari cara Allah kembali mendekatkan hamba kepada-Nya.
“Ketika hamba begitu dekat dan cinta dengan Allah, Allah pun cinta dengan kita. Kedekatan kita kepada Allah, ketika kita menemukan kembali habitat spiritual kita, maka kita telah menjadikan Allah sebagai paradigma kehidupan kita.” Kata Fathurrahman Kamal.
Hits: 379