MUHAMMADIYAH.OR.ID, SUDAN—Di antara pandangan ekstrim Barat dengan Islam, Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB) dan putusan-putusan hasil Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah diharapkan menjadi moderasi dan aktual dalam merespon isu-isu perempuan kekinian.
Tidak bisa dipungkiri posisi perempuan baik dalam ruang publik, maupun privat masih didiskreditkan dianggap sebagai manusia kelas dua, namun di sisi lain ada yang memberikan kebebasan hingga kebablasan.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah realitas tersebut memang terjadi sampai saat ini. Realitas dan perdebatan tersebut semakin menjadi-jadi tatkala diletakkan dalam konsep perempuan menurut Islam maupun Barat.
Terlepas dari perdebatan itu, menurut perempuan yang disapa Bu Bayin ini, permasalah mendasar seperti kekerasan seksual, perundungan, trafficking dan lain sebagainya masih terjadi dalam belum teratasi, serta angka kekerasan pada perempuan juga masih belum menggembirakan.
“Perempuan harus menjadi perhatian bersama karena kita menyadari di beberapa negara muslim perempuan masih menduduki posisi yang kurang menggembirakan dan masih banyak doktrin yang mendiskreditkan peran perempuan,” ucapnya pada, Rabu (18/1) di acara Musyawarah Cabang Istimewa (Musycabis) ke-I PCIA Sudan.
Oleh karena itu, memasuki abad kedua usia ‘Aisyiyah yang sarat dengan tantangan, Salmah mendorong supaya dilakukan aktualisasi semangat dakwah dan tajdid secara dinamis. Lebih-lebih setelah Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah dengan berbagai hasil keputusannya.
“Pasca Muktamar ke-48 ini penting untuk melakukan reaktualisasi spirit dakwah dan tajdid secara dinamis guna memasuki abad kedua yang sarat dengan tantangan yang kompleks termasuk permasalahan di luar negeri yang lebih kompleks,” tutur Salmah.
Sebagai organisasi perempuan Islam berkemajuan yang sudah berkiprah di dunia internasional, maka isu-isu tentang perempuan pada level nasional maupun global tersebut menjadi perhatian serius ‘Aisyiyah.
Keberadaan Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIM) di luar negeri, imbuh Salmah, merupakan kepanjangan aksi pembelaan yang diberikan oleh ‘Aisyiyah kepada perempuan secara melintas batas.
“Dalam konteks inilah maka salah satu langkah internasionalisasi ‘Aisyiyah ini harus kita perhatian juga,” imbuhnya.
Dalam mengarusutamakan isu perempuan, Salmah berharap antara PCIA di luar negeri saling terkoneksi satu dengan yang lain melalui pemanfaatan media digital. Kemajuan teknologi ini harus direspon secara positif oleh kader-kader ‘Aisyiyah.
Hits: 105