MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Prof. Syafiq A. Mughni menyampaikan bahwa warga Muhammadiyah harus memahami tempat yang dipijak dan di junjung bersama. Pemahaman tersebut juga kebersamaan antar umat bangsa dan beragama ini ditujukan bersama untuk mencapai yang dicita-citakan.
Untuk mencapai hal tersebut, menurutnya, pendidikan adalah wahana yang penting untuk mencapai kebajikan hubungan lintas agama dan lintas budaya tersebut.
Hal tersebut disampaikannya dalam Syafiq dalam kegiatan Pelatihan kepada kepala dan guru-guru madrasah/pesantren Muhammadiyah di 4 wilayah, diantaranya: Lampung, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur oleh MAARIF Institute yang terselenggara Senin 1 November hingga Jum’at 5 November 2021.
Pada kesempatan itu pula, Prof Syafiq mengingatkan perbedaan, pluralitas, atau heterogenitas adalah fitrah (given) yang dibawa sejak nenek moyang bangsa Indonesia sampai saat ini.
“Sebagai organisasi masyarakat baik Institut Leimena maupun MAARIF Institute tidak punya penjara atau polisi tapi kita punya kewajiban moral. Segala kemampuan intelektual dan hati nurani yang kita miliki tentu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menegakkan keadilan dan kedamaian,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam paparan sambutannya, Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, menyampaikan bahwa guru adalah komponen penting dalam proses pendidikan. “Sebagus apa pun materi pelajaran, tapi akan sia-sia jika disampaikan oleh guru yang tidak memiliki kapasitas,” sebutnya.
Sejalan dengan itu, Matius Ho, Direktur Eksekutif Institut Leimena, mengatakan LKLB adalah pendekatan baru untuk membangun rasa memahami, menghormati, dan persahabatan yang tulus antarumat beragama. “Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, madrasah dan pesantren memiliki peran penting dan akan ikut menentukan wajah kerukunan umat beragama di masa depan,” tegas Matius.
Pada sambutan perwakilan dari Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, H.R. Alpha Amirrachman, M.Phil., Ph.D., Sekretaris Majelis, berharap program peningkatan kapasitas ini bisa mendorong para guru mengintegrasikan prinsip LKLB dalam pengajaran di kelas. “Kita belajar dari siapa saja, di mana saja. Insyaallah, ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat untuk kehidupan kita, kehidupan madrasah kita, dan kehidupan anak-anak didik kita kelak di kemudian hari,” kata Alpha.
Pada sambutan terakhir mewakili Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2M) PP Muhammadiyah, Dr. Maskuri, ketua lembaga, menyampaikan bahwa warga perserikatan Muhammadiyah harus selalu memiliki cara berpikir tidak miopik atau sempit, sebaliknya luas dan luwes agar bisa bergaul dengan masyarakat berbeda budaya, agama, dan lainnya. “Literasi keagamaan lintas budaya meskipun istilah baru, tapi bagi Muhammadiyah bukan hal asing karena KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah pergaulannya sangat luas tidak terbatas tokoh internal agama Islam tapi lintas di luar agama Islam,” ujar Maskuri.
Selama pelatihan lima hari, peserta diajak untuk memahami LKLB melalui tiga kompetensi yaitu kompetensi pribadi, kompetensi komparatif, dan kompetensi kolaboratif. LKLB secara sederhana dirangkum sebagai “You, The Other, and What You Do Together”. Artinya, bagaimana kita memahami spiritualitas atau ajaran agama kita sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (You), selanjutnya bagaimana kita memahami kerangka moral dan spiritual orang lain sebagaimana pemahaman orang tersebut (The Other), dan terakhir, memahami titik temu untuk bisa membangun kerja sama dan kolaborasi dengan orang yang berbeda (What You Do Together).
Hits: 10