MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Merayakan Maulid Nabi Muhammad bisa dengan berbagai cara, antara lain pembacaan syair-syair, ritual-ritual budaya makan, dan juga merayakan Maulid Nabi dengan menguatkan I’tiba atau mengikuti uswah yang dituntunkan Rasulullah Muhammad SAW.
Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tasfir dalam Pengajian Umum PP Muhammadiyah, Jumat (14/10) menuturkan bahwa perayaan Maulid Nabi bisa dilakukan dengan membangun budaya uswah hasanah.
Terlebih di masa sulit, nilai-nilai yang kenabian bisa diambil untuk diaktualisasikan.“Salah satunya semangat berjuang di jalan Allah dengan penuh optimis. Salah satu amalan afdhal itu kerja keras, jihad fi sabilillah, tidak boleh kemudian di masa sulit kita duduk manis berpangku tangan, tapi harus cekat-ceket berjihad fi sabilillah,” ungkapnya.
Merayakan budaya Maulid Nabi Muhammad bisa dilakukan dengan bekerja keras dengan penuh optimisme di masa sulit. Hal ini kemudian juga harus dilengkapi dengan merayakan uswah hasanah Rasulullah yang lain, yaitu dermawan dan menjaga ucapan-ucapan supaya tidak menyakitkan orang lain.
“Bayangkan ketika di masa sulit, WA (whatsapp) kita berisi pesan yang provokatif. Memikirkan ekonomi yang sulit tetapi sempat kita menyebarkan WA yang sifatnya provokatif, tidak menciptakan suasana yang mengenakan,” tutur Tafsir.
Tafsir menekankan, bahwa di masa sulit, sikap dermawan maupun ta’awun harus dikembangkan dan ditingkatkan. Selain itu, merayakan Maulid Nabi juga bisa dengan menguatkan uswah hasanah Rasulullah yang senantiasa menyemai budaya damai.Merujuk sunnah Nabi, Tafsir menyebut bahwa mendamaikan orang yang bertikai dan menjaga perdamaian itu lebih afdhal dari pada memperbanyak puasa dan salat.
“Jadi orang yang salatnya tekun, puasa sunnahnya tekun jangan berbangga dulu, karena bisa kalah dengan orang yang suka menjadi juru damai,” selorohnya.
Teladan Nabi Muhammad yang lain untuk dirayakan adalah mempermudah urusan orang lain bukan mempersulit, dan menggembirakan bukan membuat mereka lari. Membangun kegembiraan disebutkan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) merupakan esensi dari hadirnya Agama Islam, yang bertujuan untuk membahagiakan manusia di dunia dan akhirat.
Menggembirakan merupakan satu dari dua kata kunci yang disebutkan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang disusun ketika masa KH. Ahmad Dahlan. Kata kunci yang lain adalah memajukan.
“Memajukan dan menggembirakan menjadi kata yang sepertinya sudah menjadi karakter awal Muhammadiyah didirikan,” ungkapnya.