MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah kembali gelar Webinar tentang Environment Social Governance (ESG) dan Etika Bisnis #2 pada (11/11). Prof. Susamto Somowiyarjo, Anggota (MLH) PP Muhammadiyah dalam sambutannya menyebut tema ini selalu relevan dan menarik untuk dibahas.
Prof. Susamto melanjutkan, bahwa serial webinar yang dilakukan ini merupakan rangkaian Hari Jadi MLH PP Muhammadiyah yang ke-16. Menurutnya, tema tentang lingkungan hidup terus menemukan relevansinya sebab tidak lepas dan melekat dengan manusia sebagai pemimpin di muka bumi.
“Tapi tentu sebagai peringatan bahwa, Allah tidak menciptakan bumi ini untuk memenuhi kerakusan manusia, melainkan untuk dikelolah dengan baik dan benar untuk kesejahteraan kita semua secara berkelanjutan,” ucapnya.
Ia menjelaskan, bahwa kata khalifah harus dimaknai sebagai pemelihara alam dan semua isinya, bukan sebagai pemilik yang boleh bertindak sewenang-wenang. Konsep khalifah tersebut sejalan dengan konsep hidup nenek moyang Indonesia, bahwa manusia sebagai bagian integral dengan ekosistem.
Oleh karena itu, manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu berusaha hidup serasi dengan ekosistemnya. Dalam sejarah peradaban manusia, tatakelolah lingkungan yang tidak tepat dan etika bisnis yang tidak berwawsan lingkungan seringkali menjadi penyebab bencana alam yang merugikan.
Pada webinar sesi kedua ini, MLH PP Muhammadiyah mengundang pembicara dari Dewan Pengarah LPLH dan SDA MUI Prof. Sanafi Awang, Dewan Energi Nasional RI Yusra Khan, LPPK PW Muhammadiyah DIY Prof. Imamudin Yuliadi, dan Hanafi Guciano dari Praktisi Mitigasi Iklim dan Bencana.
Prof. Sanafi Awang menyebut bahwa, di masa-masa yang akan datang Indonesia diprediksi akan defisit pangan. Oleh karena itu dirinya dengan program food estate, akan tetapi pprogram tersebut tidak boleh mengorbankan hutan primer. Sebab jika demikian, akan rawan menimbulkan dampak lanjutan, sehingga ia menyarankan untuk memakai lahan semak blukar.
Sementara terkait dengan masih maraknya deforestasi, ia menyebut fenomena itu sampai sekarang masih terus berjalan. Dalam realitanya, deforestasi di Indonesia terdapat dua jenis, yakni yang direncana dan tidak terencana. Dan yang paling berbahaya dan mengancam adalah yang tidak terencana, sebab tidak bisa dimitigasi.
Hits: 4