MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG — Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar, Muhammadiyah memposisikan Pancasila sebagai Dar al-Ahdi Wa al-Syahada. Ijtihad kontemporer Muhammadiyah tersebut berangkat dari situasi terkini di tubuh bangsa Indonesia sekaligus penegas identitas keislaman dan keindonesiaan. Secara bahasa Dar al-Ahdi Wa al-Syahadah berarti negara kesepakatan dan persaksian.
“Kenapa tidak dengan darul sulhi atau negara perjanjian? Ternyata darul sulhi itu konteks historisnya perjanjian oleh karena konteks perang. Sementara darul ahdi, adalah follow up dari darul sulhi, jadi bukan kesepakatan biasa tapi sudah beranjak ke yang lebih tinggi yaitu menjadi konsolidasi baik politik, budaya, ekonomi,” terang Hasnan Bachtiar dalam kajian virtual bersama Santri Cendekia Forum pada Jumat (26/02).
Konteks historis pemahaman darul ahdi berangkat dari kesepakatan tokoh-tokoh agama terutama Islam semisal Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimedja, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Mereka berunding mencari titik temu agar konsepsi Pancasila diterima baik oleh kalangan islam maupun kalangan nasionalis. Karenanya, kata Hasnan, darul ahdi ini hadiah dari umat beragama terutama umat muslim terhadap bangsa Indonesia.
Darul ahdi atau negara kesepakatan tidak cukup bila tidak dibarengi dengan al-syahadah atau persaksian. Hasnan memaknai al-syahadah sebagai keterlibatan langsung dalam mengatasi berbagai masalah, bekerja keras dalam mewujudkan kemaslahatan, dan aksi partisipatoris dari kaum muslim secara umum dan Muhammadiyah secara khusus dalam proses pembangunan bangsa Indonesia.
“Suatu saat terutama kaum muslimin akan berbuah manis, buahnya adalah terwujudnyya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dengan demikian, maka peradaban manusia yang mulia juga akan terwujud, akan disaksikan bersama-sama. Makna persaksian itu adalah kontribusi,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Terdapat dua makna teologis terkait kontribusi bagi bangsa ini yaitu teologi al-Maun dan teologi al-‘Ashr. Hasnan menerangkan bahwa teologi al-Maun berarti teologi welas asih sedangkan teologi al-‘Ashr adalah teologi kerja keras dan kerja cerdas.
Karenanya, tujuan utama pengesahan Pancasila sebagai Darul Ahdi wa al-Syahadah merupakan pedoman bagi kaum muslim saat terjadi pertukaran ideologi dalam skala global maupun nasional. Selain itu, Muhammadiyah ingin memberikan benteng ideologi ketika berada di tengah gempuran paham keagamaan yang beragam dan memiliki kecenderungan ekstrem baik kanan maupun kiri.
“Dengan adanya konsep Darul Ahdi wa al-Syahadah, keberpihakan Muhammadiyah ada pada semboyan Pancasila dan bhineka tunggal ika. Selain itu, sebagai manifesto intelektual Muhammadiyah atau ijtihad Muhammadiyah dalam politik,” tutur Hasnan.
Hits: 1798