MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Setiap Idulfitri tiba, umat Islam di Indonesia memiliki tradisi mudik, yaitu berbondong-bondong pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Di samping tradisi mudik, umat Islam Indonesia juga memiliki tradisi lain seperti ketupat, sayur khusus selama lebaran, ziarah kubur, hingga tunjangan hari raya (THR).
Kemeriahan ini menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad khas Indonesia. Bahkan hal serupa tidak ada di negara-negara Islam di jazirah Arab.
“Jadi betul-betul mencampur agama Islam dan ajaran budaya lokal. Itu dari sudut pandang agama baik karena menjadikan orang lebih bergairah dalam beragama,” nilai Dadang dalam Catatan Akhir Pekan di kanal youtube Tvmu, Sabtu (7/5).
Untuk mudik sendiri menurut Dadang terinspirasi dari ajaran Islam terkait silaturahmi. Dia lantas mengutip sebuah hadis riwayat Muslim yang memuat perintah Nabi Saw untuk menebar salam (afsyus salaam), memberi makan fakir miskin (ath’imu tho’am), dan menyambung tali silaturahim (wasilul arham).
“Maka silaturahmi ini direfleksikan oleh orang-orang kita dengan mengunjungi sanak saudara di kampung halaman,” terangnya.
Di sisi lain, tradisi mudik menurut Dadang juga merupakan pengejawantahan dari inti ayat ke-83 Surat Al-Baqarah yang berisikan tentang perintah untuk berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Kemeriahan budaya Idulfitri di Indonesia bahkan kata Dadang merupakan hal positif baik dari segi sosial maupun ekonomi. Sebab, di momen ini banyak orang memberi hadiah dalam bentuk parcel, uang jajan hingga THR yang tujuannya satu, yaitu menebar kebahagiaan bersama-sama.
“Kalau hanya saling memberi di antara kita tidak ada batasan. Dan hadiah itu tanda kecintaan seseorang pada yang lainnya,” pungkas Dadang. (afn)
Hits: 67