MUHAMMADIYAH.OR.ID, KUDUS – Literasi umat manusia telah ada sejak zaman sebelum Nabi Muhammad SAW, maka melihat perintah membaca yang disebutkan dalam Al Alaq ayat 1, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Saad Ibrahim mengatakan yang jadi pembeda dengan literasi era Muhammad adalah penyebutan nama Tuhan sebagai dasar literasi.
Demikian disampaikan oleh Saad Ibrahim pada, Senin (27/2) di acara Pengajian BPH, Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) dengan tema ‘Muhammadiyah Islam Berkemajuan’ yang digelar secara daring. Menurutnya, kesadaran akan eksistensi Allah SWT atau wahyu menjadikan kemajuan sains yang dialami dunia Islam tidak menjadikan mereka sekuler.
Melalui lima ayat dalam Surat Al Alaq, Islam mengingatkan bahwa dalam memulai dunia literasi harus diawali dengan bismillah.“Maknanya dunia literasi yang menjadi simbol dari kemajuan atau menjadi elan vital, telah diberikan sentuhan penting, telah diberikan dimensi ideologis yakni dengan memasukan hal yang sangat penting yang wujudnya sebagai wajibul wujud yaitu Allah SWT.” Ungkapnya.
Menurut Saad, kemajuan yang dibawakan oleh Nabi Muhammad yang terkemas dalam Ajaran Agama Islam ini memiliki elan vital pada kuatnya literasi yang didasari pada dimensi ideologis dan teologis. Penguatan literasi yang berdasar pada teologis ini menurutnya yang membawa kejayaan Islam di abad ketiga hijriyah sampai ratusan tahun setelahnya.
“Maka peradaban yang dihasilkan oleh dunia Islam itu elan vitalnya adalah sains. Tapi tidak sembarang sains, tidak sembarang literasi. Tapi sains yang kemudian menempatkan dimensi aqidah itu menjadi penentu utamanya, karena itu meski dunia sains berkembang dengan sangat pesat, tapi dunia Islam tidak pernah mengalami apa yang disebut dengan sekularisme.” Ucapnya.
Saad menegaskan, pesatnya kemajuan peradaban sains dalam Islam, tetapi tidak pernah mengalami sekularisme dikarenakan Allah SWT selalu menjadi the first dalam ilmu. Terkait dengan kemajuan yang ingin dicapai oleh umat Islam, harus dibarengi dengan kesadaran tentang adanya Allah SWT.
“Seluruh pemikir-pemikir Islam menempatkan wahyu itu sebagai representasi dari Allah dalam konteks petunjuknya yang dapat kita baca. Menempatkan wahyu Al Qur’an menjadi the first dalam kaitan arqanu ilmi.” Imbuhnya.
Hits: 188