MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDAL—Bertepatan dengan Hari Ibu, ‘Aisyiyah berikan kado istimewa dengan Meresmikan RS PKU ‘Aisyiyah Kendal. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengapresiasi derap ‘Aisyiyah Jawa tengah, khususnya dalam bidang kesehatan.
Pasalnya hampir separuh RS ‘Aisyiyah se-nasional dengan total 20 rumah sakit, 9 diantaranya berada di Jawa Tengah. Noordjannah juga mengungkapkan bahwa, peresmian RS PKU ‘Aisyiyah Kendal ini sebagai kado istimewa bagi ibu-ibu ‘Aisyiyah yang teguh bertahan untuk dakwah pencerahan.
Menurutnya, produktivitas dalam membangun Amal Usaha tersebut merupakan cermin sinergi dan kolaboratif positif antara Muhammadiyah dengan ‘Aisyiyah, termasuk dengan majelis, lembaga, dan ortom (MLO) lain.
“Jawa Tengah ini menjadi model bagaimana amal usaha di bidang kesehatan,” tutur Noordjannah pada (12/22) di acara Peresmian RS PKU ‘Aisyiyah Kendal.
Selain itu, ‘menjamurnya’ Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak bisa dilepaskan dari kuatnya peran Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah di tingkat ranting, cabang, dan daerah. Noordjannah menegaskan bahwa, hal itu selaras dengan adagium yang ada lingkungan persyarikatan yang menyebut bahwa ranting itu penting dan cabang musti berkembang.
Menurutnya, rapinya koordinasi yang dijalin di internal persyarikatan Muhammadiyah juga tidak bisa diingkari sebagai salah faktor keberhasilan Muhammadiyah – ‘Aisyiyah dalam mengembangkan pelayanan kesehatan.
Terkait dengan kepeloporan ‘Aisyiyah dalam mengembangkan pelayanan kesehatan, ucap Noordjannah, merupakan bentuk nyata pembagian peran yang adil antara kaum laki-laki dengan perempuan di Muhammadiyah. Perempuan bukan dianggap sebagai konco wingking dari kaum laki-laki.
Sementara itu, jika dilacak genealogi dakwah bidang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah telah ada sejak masa awal berdirinya. Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini menjelaskan bahwa, pemikiran melintas batas tersebut telah ada sejak zaman KH. Ahmad Dahlan.
“Cara Kiai Ahmad Dahlan itu sangat canggih untuk melawan penjajah saat itu tidak selalu manggul bedil (red; senapan), tapi pakai pengetahuan, pikiran, dan hati. Karena dengan pikiran yang maju dan hati yang kokoh, jiwa yang bersih Kiai Dahlan mampu bersama murid-muridnya mendirikan klinik menjadi PKO,” ungkapnya.
Model perlawanan yang dilakukan oleh Kiai Dahlan saat itu berangkat dari realitas, bahwa di masa tersebut belum ada rumah sakit atau pelayanan kesehatan sejenis yang dimiliki dan diperuntukkan bagi bumi putera secara luas. Di saat itu, jika ada rumah sakit maka peruntukannya hanya bagi kelompok tertentu.
“Itu juga merupakan dari penafsiran, pemahaman dari Surat Al Ma’un yang diajarkan selama tiga bulan oleh Kiai Dahlan ke para muridnya,” tuturnya.
Surat pendek yang banyak dihafal oleh umat muslim pada waktu itu, di tangan Kiai Dahlan berhasil menggemparkan paradigm muslim yang sempit. Melalui model pemahaman progresif terhadap teks-teks Kitab Suci, Muhammadiyah berhasil menjadi organisasi Islam pertama bumi putera yang memiliki rumah sakit.
Hits: 9