MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Memasuki usia abad kedua, Muhammadiyah disebut memiliki tiga agenda strategis atau agenda pencerahan. Satu agenda berada dalam lingkup domestik, dan dua agenda berada dalam lingkup global.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, agenda strategis pertama adalah diterbitkannya dokumen sikap kebangsaan Muhammadiyah “Darul Ahdi Wa Syahadah” pada Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015.
“Muhammadiyah ingin mengakhiri ketegangan kontradiktif antara Islam dan negara di Indonesia,” ungkap Haedar dalam forum Upgrading Pengurus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat, Sabtu (15/1).
Dokumen Darul Ahdi wa Syahadah disebut Haedar sebagai ijtihad politik, di mana bersumber dari perdebatan Piagam Jakarta yang melibatkan tokoh Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo sebagai tokoh kunci untuk menghentikan perdebatan.
“Maka kita ingin generasi baru sudah tidak lagi berpikir ketegangan teleogis itu karena Indonesia ini dasarnya Pancasila, Pancasila sejalan dengan Islam, tinggal kita mengisinya dengan Syuhada’a ‘alan-nas. Nah komitmen itu (Pancasila) tidak boleh kita khianati,” kata Haedar.
Agenda strategis kedua menurut Haedar adalah program-program Persyarikatan di lingkup kemanusiaan universal. Dalam hal ini, Muhammadiyah bergerak melalui Lazismu, aksi penanganan kebencanaan, resolusi konflik, hingga krisis lingkungan hidup.
Meski Muhammadiyah termasuk pelopor dalam gerakan ini, namun Haedar menganggap kurang bergaung di tingkat dunia. Haedar berharap PCIM Amerika dan PCIM lain di berbagai negara menjadi penyambung lidah dalam mengabarkan gagasan dan amal bakti Muhammadiyah di tingkat dunia.
Sementara itu agenda strategis ketiga menurut Haedar adalah Kosmopolitanisme Islam atau Internasionalisasi Muhammadiyah dengan substansi memperkenalkan gagasan Islam Berkemajuan yang berorientasi pada pembangunan peradaban kepada masyarakat dunia.
“Lewat program kemanusiaan, Kosmopolitanisme Islam, maka kita akan punya titik temu dengan banyak bangsa, banyak negara, dan banyak agama di dunia yang orientasinya pada moderasi, kemajuan, perdamaian, menjaga nyawa bahkan menyelamatkan alam semesta termasuk bumi,” ungkapnya.
Diletakkannya tiga agenda strategis Muhammadiyah ini diharapkannya mampu digaungkan oleh PCIM di berbagai negara untuk menghadirkan alternatif pemikiran Islam yang selaras dengan kehidupan modern, namun tidak bercampur dengan liberalisme, sekaligus tidak jumud dan kembali ke masa lampau.
“Perspektif ini nanti akan bertemu dengan agenda riset, pengembangan IPTEK, wacana gender yang berbasis Islam, dan lain sebagainya. Jadi ini memerlukan tools, instrumen dan pelembagaan,” pesannya.
“Nah teman-teman yang berdiaspora dengan berbagai latar belakang multikutlural akan memperkaya implementasi Kosmopolitanisme dan gerakan kemanusiaan Muhammadiyah di ranah global dalam satu paket internasional untuk menghadirkan literasi Islam yang bisa diterima, dipahami, biarpun nanti orang tidak memilih Islam tapi mereka tahu bahwa oh Islam selain mengajak kita, bersatu, tapi juga membawa kemajuan dan menjadi kunci dari membangun peradaban,” tegas Haedar. (afn)
Hits: 12